Assalamu`alaikum Wr Wb
Manusia sering di ombang-ambingkan perasaan
Terutama soal senang dan susah
Mencari hiburan untuk kesenangan adalah hal
biasa
Dan selalu ingin di ulang-ulang kesenangan
tersebut
Kecenderungan untuk menghindari kesedihan adalah
dianggap lumrah dan manusiawi
Karena kedukaan dan kesedihan itu tidak mengenakkan
kita
Kita juga sering lupa
Bahwa Allah Swt selalu memberikan
gemblengan hidup
Agar kita bisa lebih maju
Juga mapan dalam menghadapi hidup
Duka dan sedih hati
Timbul dari fikiran yang penuh dengan
perasaan iba diri (selfpity)
Fikiran mengenang masa lalu yang penuh
dengan kegagalan
Membayangkan masa depan yang penuh
kesuraman
Maka fikiran atau ego kita
Merasa iba kepada diri sendiri
Merasa nelangsa dan sengsara
Maka datanglah rasa duka
Duka menghilangkan kewaspadaan
Melenyapkan arti hidup
Padahal…
Hidup bukanlah untuk sekedar membiarkan
diri diseret kedalam lamunan
Dan membiarkan diri dipermainkan oleh
fikiran !
Hidup adalah kenyataan apa yang ada
Tidak peduli
Kenyataan itu menyenangkan atau menyusahkan
Yang senang atau susah adalah permainan
fikiran
Yang senang atau susah adalah ego
Ego yang selalu menghendaki keenakan
Dan menghindari ketidak-enakan
Kenyataan hidup adalah seperti apa adanya
Dan
Menerima kenyataan apa adanya
Adalah seni yang paling indah,
Paling agung,
dan paling murni dari kehidupan.
menerima kenyataan seperti apa adanya,
tanpa menilai !
tanpa mengeluh !
melainkan menyerahkan kepada Allah Swt
Allah Maha Bijaksana
Allah Maha Kasih
Hanya Allah Swt yang mampu membimbing kita
Lahir maupun batin
Allah Swt berfirman didalam QS.Al-Baqarah(2):277,
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman,
Mengerjakan amal
sholeh,
Mendirikan shalat,
Dan menunaikan zakat,
Mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka
Dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”
Kewajiban kita didalam hidup adalah untuk
beribadah
Mempergunakan segala alat yang ada pada
tubuh,
Dengan sebagaimana mestinya
Yaitu sebagai sarana ibadah
Panca indera, untuk bekerja seperti yang
telah ditentukan dalam tugasnya masing-masing
Termasuk fikiran,
Yang sesungguhnya merupakan alat untuk
berfikir, untuk bekerja,
Untuk dapat melakukan sesuatu yang
bermanfaat
Baik bagi diri sendiri maupun bagi orang
lain
Semua dilakukan semata-mata karena Allah
Swt
Allah Swt berfirman,
“Dan Aku tidak
menciptakan Jin dan Manusia
Melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”
QS.Adz-Dzariyat(51):56
Fikiran bukan alat untuk menyeret kita-
Kedalam lamunan kosong tentang suka duka
Kita tidak mungkin dapat membersihkan
fikiran
yang bergelimang dengan daya-daya rendah
Fikiran yang penuh nafsu
Fikiran yang penuh dengan keinginan untuk
mengejar enak sendiri
Tidak mungkin !
Selama kita, yang ingin membersihkan ini
juga adalah fikiran itu sendiri
Dan selalu…
Keinginan fikiran
Hanya bersumber pada satu pamrih
Yaitu mengejar keenakan untuk diri sendiri
Dapat saja
fikiran menciptakan akal bermacam-macam hal
Seperti sebutan bertapa, mengasingkan diri,
mengheningkan cipta,
Dan berbagai macam cara lagi untuk
membersihkan batin
Termasuk misalnya Shalat kita.
Dibawa kemanakah Shalat kita ?
Didalam Shalat kita berikrar,
Bahwa Shalatku,
Hidupku,
Matiku,
Hanya untuk Allah Swt,
Apakah kita sudah
benar-benar demikian ?
Niat awal Shalatpun adalah karena Allah
Bukan karena kesenangan yang lain
Seperti Surga,Pahala,dsb.
Namun semua itu adalah pekerjaan fikiran
Pekerjaan si Ego
Usaha dari nafsu pula
Karena fikiran itu sendiri bergelimang
nafsu
Dikemudikan oleh nafsu.
Dibalik semua usaha itu
Terkandung suatu pamrih
Yaitu sifat dari nafsu
Ialah untuk mengejar keenakan bagi diri
sendiri !
Karena itu..
Apakah mungkin kita bisa membersihkan
fikiran
Apakah mungkin nafsu mengendalikan nafsu
Apakah mungkin nafsu mengalahkan nafsu ?
Kita harus bisa melihat secara bijaksana
Apakah ini hanya akal-akalan saja ?
Akalnya si Akal fikir !
Satu-satunya kenyataan adalah
Bahwa Yang dapat membersihkan jiwa dari
cengkeraman nafsu,
Yang dapat menempatkan semua alat tubuh
luar dalam-
kepada kedudukan dan tugas mereka
masing-masing secara utuh dan benar
hanyalah kekuasaan Allah Swt !
didalam QS.Yusuf 53,
“Dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan),
Karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
Kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Di ayat lain QS.Shaad 26,
“Hai Daud,
sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah di bumi
Maka berilah
keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil
Dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu,
Karena ia akan
menyesatkanmu dari jalan Allah.
Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah
Akan mendapat azab
yang berat,
Karena mereka
melupakan hari perhitungan.”
Dan
Kekuasaan Allah Swt
Akan bekerja
Kalau Ego dan akal fikiran kita yang
dipenuhi oleh nafsu itu
Temporary ShutDown
Atau sementara tidak difungsikan
Kekuasaan Allah Swt akan bekerja
Kalau kita menyerah kepada-Nya
Menyerah dengan penuh ketawakalan,
kepasrahan dan keikhlasan
Menyerah dengan kesabaran.
Kehendak Allah pun jadilah !
Itulah satu-satunya kenyataan yang mutlak
Dalam kepasrahan lahir batin ini
Kita akan menerima semua kenyataan hidup-
Sebagai kehendak Allah Swt.
Dan karenanya..
Kita menghadapinya tanpa keluhan,
Tanpa celaan,
Tetapi bukan berarti kita lalu acuh tak
acuh dan mandeg.
Sama sekali tidak !
Kita pergunakan alat tubuh luar dalam untuk
berusaha !
Allah Swt yang akan memberikan bimbingan
dan tuntunan
Kalau sudah begini..
Apapun yang terjadi,
Tidak menimbulkan penasaran atau keluhan,
Apalagi duka atau sedih hati.
Yang ada tinggal ingat dan waspada
Ingat kepada
Allah Swt
Dan kekuasaan-Nya yang mutlak, menyerah,
Dan waspada
Terhadap setiap gerak dan langkah kita
dalam hidup,
Waspada terhadap fikiran kita,
Terhadap ucapan kita,
Terhadap perbuatan kita,
Seperti kewaspadaan seorang yang memegang
kemudi kendaraan.
Allah Swt Maha Adil dan Kasih. J
PENILAIAN
Penilaian
dalam bentuk apapun juga
Tentu dipengaruhi suka dan tidak suka dari
si penilai
Dan peranan suka atau tidak suka ini
Timbul dari perhitungan untung dan rugi
Kalau si penilai merasa dirugikan
Lahir maupun batin
Oleh yang dinilainya
Maka perasaan tidak suka karena dirugikan
ini-
yang menentukan penilaiannya
Tentu saja hasil penilaiannya adalah buruk
Sebaliknya,
Kalau merasa diuntungkan
Lahir maupun batin
Timbul perasaan suka
Dan hasil penilaiannya tentu baik
Penilaian
Menimbulkan dua sifat atau keadaan yang
berlawanan
Yaitu baik atau buruk
Tentu saja baik atau buruk ini
Bukan sifat asli dari yang dinilai
Melainkan timbul karena keadaan hati
si penilai sendiri.
PENONJOLAN DIRI
Penonjolan diri
Merupakan gejala yang nampak dalam
kehidupan kita pada umumnya
Penonjolan diri bersemi karena keadaan
Karena cara hidup masyarakat kita
Semenjak kecil kita dijejali nilai-nilai
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar kelas
Satu
Bahkan sejak kelas nol
Di Sekolah ada system nilai dalam bentuk
angka
Di Rumah ada pujian-pujian dan
celaan-celaan
Bagi yang dianggap baik dan buruk
Di dalam pergaulan pun ada nilai-nilai yang
menentukan kedudukan seseorang
Dalam olahraga timbul juara-juara
Kita hidup menjadi budak-budak setia dari
nilai-nilai
Kita hidup mengejar nilai-nilai
Sehingga dalam olahraga sekalipun,
Yang dipentingkan adalah pengejaran nilai,
Bukan manfaat olahraganya itu sendiri bagi
kesehatan tubuh.
Bahkan,
Demi mengejar nilai,
Kita lupa diri,
Dan olahraga bukan bermanfaat lagi bagi
tubuh,
Bahkan ada kalanya merusak,
Karena tubuh diforsir terlalu keras,
Karena untuk mengejar nilai.
Karena sejak kecil
Hidup didalam masyarakat yang tergila-gila
oleh nilai (tanpa disadari)
Maka agaknya sudah kita anggap wajar
Kalau kita selalu berusaha untuk menonjolkan
diri.
Kalau tidak menonjol-
Kita akan merasa rendah diri,
Merasa hampa dan hina,
Merasa bodoh dan tidak diperhatikan.
Karena sejak kecil sekali
Kita diperkenalkan dengan pujian dan
celaan,
Maka sejak kecil sekali pula
Kita berusaha untuk menonjolkan
diri,
Untuk menarik perhatian orang-orang lain,
Hanya karena kita sudah haus akan nilai,
Haus akan pujian.
Dan..
Kalau diri sendiri sudah tidak lagi
memungkinkan adanya penonjolan diri,
Untuk menimbulkan penghargaan dari orang
lain,
Atau pujian,
Atau kekaguman,
Maka..
Kita lalu membonceng kepada kepintaran anak
kita,
Atau teman segolongan kita,
Atau leluhur kita,
Suku atau bangsa kita,
Agama kita,
Bahkan banyak kita lihat..
Penonjolan diri
seseorang-
Membonceng kepada peliharaannya,
Seperti burung perkututnya,
Atau mobilnya,
Atau bahkan membonceng kepada Senjata
Pusaka,
Atau batu cincin istimewa yang tidak
dimiliki orang lain,
Kalau misalnya wajah kita tidak dapat
dibanggakan
Kita membanggakan perhiasan-perhiasan yang
menempel di tubuh kita
Seperti baju bagus,
Emas permata,dsb..
Semua itu..
Akan nampak jelas
Kalau kita mau membuka mata
Mengamati keadaan diri sendiri
Lahir maupun batin
Dan mengamati
Keadaan sekeliling kita.
Berfikirlah !
Wassalamu`alaikum !
sumber : Kang Dicky Zaenal Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar dan pendapat anda? Adakah saran untuk admin?