SUNDA
MEMBUDAYAKAN DUNIA
Sumber : Thesis Sunda (Oppenheimer),
et al.
Sekilas;Oppenheimer, Dokter ahli
genetic yang banyak mempelajari sejarah peradaban. Ia berpendapat bahwa Paparan
Sunda (Sundaland) adalah merupakan cikal bakal peradaban kuno atau dalam bahasa
agama sebagai Taman Eden. Istilah ini diserap dari kata dalam bahasa Ibrani Gan
Eden. Dalam bahasa Indonesia disebut Firdaus yang diserap dari kata Persia
"Pairidaeza" yang arti sebenarnya adalah Taman. Menurut Oppenheimer,
munculnya peradaban di Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, dan Cina justru dipicu
oleh kedatangan para migran dari Asia Tenggara. Landasan argumennya adalah
etnografi, arkeologi, osenografi, mitologi, analisa DNA, dan linguistik. Ia
mengemukakan bahwa di wilayah Sundaland sudah ada peradaban yang menjadi
leluhur peradaban Timur Tengah 6.000 tahun silam. Suatu ketika datang banjir
besar yang menyebabkan penduduk Sundaland berimigrasi ke barat yaitu ke Asia,
Jepang, serta Pasifik. Mereka adalah leluhur Austronesia
Dalam tulisan ilmiah Oppenheimer, disinyalir
Sunda pernah mendunia. Salah satu penetrasi budaya yang menjadi kontribusi
Sunda dalam distribusi global (keluar wilayah Sunda) adalah tradisi sunat,
teutama bagi laki-laki.
Tradisi sunat di Sunda ini telah
mempengaruhi daerah : Mediterania Timur, Sub-Sahara Afrika, Teluk Persia,
Afrika Timur, Timur Dekat Kuno (termasuk Mesir), Nugini, Korea, Oseania. Di
Sunda, tradisi ini diberlakukan sejak anak berusia sekitar 3 – 6 tahun.
Sunat mudah diterima secara luas,
karena alasan kebersihan dan kesehatan yang menjadi faktor utama. Kebersihan
dan kesehatan organ vital terutama untuk pria, akhirnya menjadi tradisi di
banyak tempat, dan dikodifikasi oleh agama-agama Samawi. Selain sunat,
kebudayaan, gaya hidup, keahlian di bidang teknologi maritim dan pertanian juga
ikut menyebar luas dari daratan tanah Sunda ke berbagai daerah yang
dikunjunginya.
Dalam thesis Sunda-nya Oppenheimer
mensinyalir adanya migrasi jangka panjang dari wilayah Sunda ke berbagai
wilayah lain, dengan populasi berlebih, disebabkan oleh bencana banjir.
Diasumsikan, bencana inilah yang menjadi pencetus perkembangan keahlian maritim
yang Adi luhung yang dimiliki masyarakat Sunda.
Maka, ekspansi Sunda diawal milenium
terjadi karena kecanggihan teknologi maritimnya, untuk masa itu, termasuk di
dalamnya bidang pelayaran. Teknik kelautan merupakan prasyarat bagi migrasi
jangka panjang. Dibutuhkan kapal yang kokoh, besar dan mudah menembus berbagai
kendala yang mungkin terjadi selama mengarungi samudra.
Oppenheimer menengarai/menandai
bahwa populasi Sunda asli yang didukung oleh keahlian maritim yang handal,
telah membawa peradaban (Sunda) ke Asia Selatan (wilayah sungai Indus), Asia
Barat (Mesopotamia), serta menyentuh peradaban Mesir dan belahan Afrika
lainnya, serta merambah hingga Eropa (termasuk di dalamnya Basque).
Peradaban yang terbentuk berekspansi
dan sanggup membuat ikatan lintas budaya, beradaptasi dengan lingkungannya yang
baru. Sistem budaya formal, seperti mitos, bahasa, seni, sistem religi, alat
musik dan bentuk-bentuk musik, cara menulis dan perhitungannya, termasuk detail
bukti atas tapak Sunda diberbagai wilayah perluasannya.
Tapak sunda lain yang menyebar luas
adalah penyebaran bibit-bibit tanaman : talas, jagung (maizena), pisang,
mangga, dan hasil pangan lainnya. Rempah-rempah merupakan andalan utama hasil
kebun yang didatangkan langsung dari tanah Sunda untuk diperdagangkan.
Rempah-rempah inilah yang mencuatkan nama Babilonia di Timur, dan Mesir di
Barat sebagai pusat-pusat perdagangan dunia pada masa itu. Babilonia menerima barang-barang
dagangan dari timur untuk dibawa ke barat (Mesir). Dan dari Mesir,
barang-barang dagangan ini, rempah-rempah dari tanah Sunda, diteruskan ke
Eropa.
Dari sinilah orang-orang barat
(Eropa) mengenal rempah-rempah. Demikian terkenalnya tanah Sunda, hingga
namanya terpatri di berbagai Prasasti/tiang kota di mesir maupun Atlantis,
dengan sebutan Sunsa-Dwipa. Ini membuktikan bahwa ekspansi Sunda memberi
kedudukan yang kokoh untuk jangka waktu yang lama, terutama kontribusinya di
dunia perdagangan.
Ikonografi, produk-produk patung,
ukiran logam (perunggu), dan gerabah, juga menjadi ciri kuat keterkaitan
kesinambungan penetrasi budaya Sunda di berbagai wilayah sebarannya, dalam hal
ini di Afrika. Ikonografi patung-patung Afrika yakni ukiran perunggu dari Ife.
Model ini pada akhirnya memberikan temuan betapa dekatnya kemiripan akan
model-model ketuhanan.
Oppenheimer, yang adalah seorang
dokter pedriastis/ahli genetika, justru memberi kontribusi untuk temuan ilmiah,
bahwa ekspansi sunda ke barat juga membawa ikutan distribusi penyakit darah
yang diturunkan secara genetis, yang dikenal dengan sebutan talasemia.
Jelajah penyebaran talasemia sangat
cocok dengan “hipotesa perluasan Sunda”, khususnya DNA tipe B. Talasemia
disinyalir menjadi cikal-bakal penyakit malaria.
Sunda berekspansi dan pengaruhnya
bertahan lama, tidak lain akibat kepandaian, keberanian dan rasa ingin tahu
dalam mencoba hal-hal baru, termasuk bermigrasi. Kecerdasan intelektual yang
dipadu dengan kemampuan beradaptasi (kecerdasan emosional dan adversitas),
serta keyakinan akan wujud pertolongan Sang Hyang Widi (kecerdasan spiritual),
merupakan landasan utama yang membentuk sosok manusia Sunda yang menempatkan
diri selaras dengan alam, dan sebagai bagian dari alam. Pengaruh budaya Sunda
pada dunia pada akhirnya mendorong dunia menjadi lebih berbudaya, lebih mandiri
dan kemudian mampu membudayakan diri sendiri.
KESIMPULAN
:
Sunda yang saat ini tereduksi
menjadi enam etnis dan kebudayaan yang menempati sebagian kecil wilayah suatu
negara, dahulu merupakan sebuah wilayah besar dengan kemajuan peradaban dan
pengetahuannya.
Migrasi ke berbagai belahan dunia,
berimbas pada penyebaran budaya, keahlian hidup, perilaku (termasuk mitos),
perdagangan, pertanian, penyebaran bibit tanaman dan penyakit genetis.
Disadari atau tidak, kontribusi
Sunda pada dunia banyak yang masih tetap dipertahankan, salah satunya adalah
tradisi sunat.
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar dan pendapat anda? Adakah saran untuk admin?