"Selamat sejahtera semoga keselamatan dan keberkahan dilimpahkan kepada anda"

Rabu, 16 Mei 2012

Perlunya Berempati Saat Menyuruh Anak Belajar


Edisi 3 Tahun 2007

Seringkali kita mendengar orang tua yang mengeluhkan anaknya yang tidak menurut setiap kali disuruh belajar. Padahal sudah berkali-kali dijelaskan padanya bahwa belajar itu untuk kebaikannya di masa depan. Bermacam cara sudah ditempuh
si orang tua agar si anak mau belajar dengan tekun. Mulai dari membujuknya baik-baik, memberi hadiah, sampai pada memarahi si anak, bahkan ada yang sampai harus memukulnya. Semua cara itu sudah ditempuh, tapi kenapa si anak tetap ogah-ogahan belajar?
Sebenarnya hal ini dapat diatasi jika orang tua si anak dapat berempati padanya. Berempati pada si anak adalah mampu memahami perasaan dan cara berpikirnya. Apa yang menyebabkannya tidak mau belajar? Apa yang sedang dikerjakannya? Apa yang sedang dibutuhkannya? Orang tua seharusnya dapat mengetahui hal-haltersebut di atas.
Biasanya seorang ibu sangat mampu berempati pada anaknya saat si anak masih bayi. Ia mengerti apa yang diinginkan bayinya meskipun si bayi hanya mampu menangis. Namun kemampuan ini semakin jarang digunakan saat si anak mulai mampu berbicara dan mengungkapkan keinginannya. Si ibu semakin sering mengatur si anak tanpa berusaha berempati lagi padanya.
Reaksi pertama si anak saat menghadapi situasi di mana orang tuanya mulai tidak mengerti keinginan dan kebutuhannya adalah dengan menangis. Ia belum bisa mengutarakan apa yang dia mau karena mengutarakan keinginan adalah termasuk hal yang belum dikuasainya.
Jika orang tuanya justru memarahi dia, dia akan menurut. Tetapi dia menurut supaya dia tidak lagi dimarahi. Jadi bukannya belajar pelajaran tapi malahan belajar berpura-pura, berbohong serta bermacam taktik lain untuk mendapatkan keinginannya. Jika hal ini yang terjadi bertahun-tahun, tidaklah mengherankan jika saat ia dewasa dia menjadi orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Tanpa disadari, justru orang tuanyalah yang membentuk karakter ‘jahat’ dalam diri seorang anak.
Orang tua seharusnya dapat terus berempati pada anak hingga ia dewasa. Anak perlu diperkenalkan secara baik-baik pada dunia belajar. Bagaimana mengasyikkan dan indahnya dunia belajar. Emosi yang timbul saat berusaha mencari tahu sesuatu, serta serunya saat-saat dia menemukan hal-hal baru dengan usahanya sendiri. Hal-hal tersebut yang perlu dikenalkan pada sang anak melalui keteladanan.
Tunjukkan padanya bahwa orang tuanya betul-betul suka belajar dan terus belajar. Janganlah menyuruhnya belajar sementara orang tuanya menonton film dan sinetron di televisi serta tidak pernah terlihat sibuk belajar. Lalu pahami bahwa mood anak belajar dapat naik-turun. Saat mood-nya turun janganlah memaksanya belajar tetapi mengemas belajar ke dalam kegiatan yang hendak dilakukannya. Orang tua memang harus siap mengorbankan berbagai kesenangan untuk mendidik anak.
Jadi siapkah anda berempati pada anak serta mengorbankan kesenangan untuk memberi keteladanan
?

Article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa komentar dan pendapat anda? Adakah saran untuk admin?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Comment Facebook

Get This Gadget

Popular Posts

Ready 3 Data AON

Followers

hainfobadge1a