"Selamat sejahtera semoga keselamatan dan keberkahan dilimpahkan kepada anda"
Photobucket

With Big Family HI

Picture in January 2011 In Pangandaran Beach.. Waktu itu selepas acara Latgab, aku bareng temen-temen napak tilas jalan kaki dari tempat latgab ke Pasir putih.. sempet nyeker gara-gara sendalnya coplok hulaalla. Ngelewatin kerubunan para monkey juga dan sampe sempet lari - lari mau di cakar pula.. pokonya itu kenangan Lucu..

pagehg_zps78618c3e

Shop in Mr. Kuta

Ini foto pas lagi shoping di Mr. Kuta Bali.. Disana berasa surganya belanja.. eegile aja, semua accesoriess, baju plus makanan khas sana juga di jual dengan harga yang relatif miring. cuman yaa harus rela - rela deh ngempesin dompetnya. Readmore..

listia

Berlayar di Laut lepas

Perama kali ke Bali...makanya seneng banget ^_^.. buat nyampe ke Bali kita mesti nyebrang dulu sekitar 45 menitan gitu deh dari pelabuhan.. dari pelabuhan banyak banget anak-anak kecil yang minta-minta uang sama orang-orang yang lewat.. hiikss Readmore...

g_zpsc68ecc97

Di Tanah Lot Bali

Tanah Lot, I really really miss you.. miss pas difoto di batu karang, miss liat pura.. pemandangannya sejuk dimata. apalagi kalo kita datengnya beramai - ramai Readmore...

pagedr_zps292f98ce

Cek Out in Hotel

Ini before go out in hotel.. foto-foto bareng pemandu perjalanan kita dulu deh.. namanya Amade Jaye.. walaupun omongannya itu kadang celekit-celekit buat kaum perempuan.. tapi kocak orangnya. percaya deh ;) Readmore...

Tampilkan postingan dengan label Prodigy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Prodigy. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Oktober 2012

Home schooling

Mungkin hasil paling berharga dari pendidikan adalah kemampuan melakukan sesuatu yang harus dilakukan, pada saat harus dilakukan, apakah Anda menyukainya atau tidak.
Thomas H. Huxley (1825-1895)


Pada tahun 2000, seorang yang buta huruf bukan lagi seorang yang tidak bisa membaca atau menulis, tetapi seseorang yang tidak bisa belajar (learn), menanggalkan (unlearn), dan belajar lagi (learn again).
Alvin Toffler

Dengan nurani, seseorang dapat melihat dengan benar; yang esensial itu biasanya tak terlihat oleh mata
Antoine de SaintExupery, from The Little Prince

Ini bukan mengenai saya sangat cerdas. Ini hanya sekedar saya telah bersama masalah itu lebih lama.
Albert Einstein

Cara terbaik untuk memiliki ide bagus adalah memiliki banyak ide.
Linus Pauling

Seni terbesar bagi seorang guru adalah membangun keriangan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan.
Albert Einstein

Pendidikan adalah membantu anak-anak untuk merealisasikan potensi-potensi mereka.
Eric Fromm
Keberhasilan adalah saat Anda menyukai diri ANda, menyukai apa yang Anda lakukan dan menyukai cara Anda melakukannya.
Maya Angelou

Kita dapat menyelamatkan lebih banyak lagi orang kalau mereka tahu bahwa mereka adalah budak
Harriet Tubman

Pendidikan mandiri –saya percaya sepenuhnya- adalah satu-satu bentuk pendidikan yang ada.
Isaac Asimov

Semua yang saya katakan di buku ini dapat diringkas menjadi dua kata: Percayai Anak-anak (Trust Children).
John Holt, in "How Children Learn"

Mengertilah lebih dahulu sebelum dimengerti.
Steven Covey

Pendidikan bukanlah seberapa banyak yang tersimpan dalam ingatan atau berapa banyak yang Anda ketahui. Tetapi, itu adalah kemampuan membedakan antara yang Anda ketahui dan yang tidak.
Anatole France (1844 - 1924)

Segala sesuatu seharusnya dibuat sesederhana mungkin tanpa menyederhanakannya.
Albert Einstein

Kebahagiaan adalah saat apa yang Anda pikirkan, katakan, dan lakukan berada dalam harmoni.
Mahatma Gandhi

Mimpi adalah sekedar mimpi. Tujuan adalah mimpi dengan rencana dan deadline.
Harvey Mackay

Saya berpegangan bahwa revolusi kecil sekarang dan akan datang adalah sebuah hal yang baik.
Thomas Jefferson



Silent Scream


Written by Ines Setiawan   


Beberapa rekan yang berada di sekolah-sekolah 'mutakhir' (mahal) pernah bercerita tentang apa yang mereka sebut sebagai 'silent scream' (jeritan yang tidak terdengar). Sebagian dari kita tentu membayangkan betapa berbahagianya guru yang mengajar di sekolah-sekolah mahal yang pasti memperoleh kesejahteraan yang lebih dari cukup. Kenyataannya, sebagian besar guru bekerja dengan gaji minim/tidak sebanding dengan mahalnya uang sekolah dan sistem kontrak tahunan yang menyebabkan mereka tidak berani memikirkan masa depan. Segala macam tunjangan atau bahkan asuransi kesehatan hanyalah mimpi, apalagi harapan supaya anak-anak mereka juga mendapatkan fasilitas untuk bisa belajar di sekolah tersebut. Banyak hal terjadi di balik pintu tertutup, tetapi berani 'bunyi' berarti 'selamat tinggal'.

Dengan skema seperti ini, biasanya guru-guru yang mengajar terbagi menjadi 2 macam: yaitu guru yang memang memiliki dedikasi dan cinta terhadap pekerjaan dan muridnya sehingga rela bertahan dengan segala keterbatasan/penekanan dan guru yang menjadi guru karena tidak diterima kerja di mana-mana, biasanya karena memiliki kualifikasi buruk, sehingga menjadi guru adalah pilihan terakhir dari pada menganggur.

Sampai saat ini, khalayak masih sering memperdebatkan dan membandingkan keunggulan sekolah vs homeschooling. Padahal itu bukanlah pokok persoalan yang sering dihadapi para keluarga. Terkadang ada keluarga yang menolak untuk dieksploitasi. Mereka menolak untuk mendukung suatu sistem yang buruk dan ini adalah sebuah pilihan.

Kreativitas Anak


Written by Cahyani Hidayati   


S
aya punya cerita lucu tentang membuat soal untuk anak-anak kelas satu SD di tempat saya mengajar. Sekolahnya baru satu-dua tahun berdiri saat itu dan walaupun semua pengajarnya sudah S1, tapi ternyata banyak yang bukan lulusan keguruan, plus minim pengalaman mengajar.

Ceritanya waktu itu lagi musim koreksi soal Ujian Semester, ada salah seorang guru kelas satu SD yang bilang, Wah anak-anak ini kreatif banget jawabnya, pertanyaannya kira-kira: “Kita belajar di.... “

Itu adalah pertanyaan terbuka, bukan pilihan ganda, jadi anak-anak mengisi sesuai dengan pengalaman mereka saja, bukan berdasarkan panduan buku. Tentu saja jawabannya ada yang di ruang tamu, dapur, ruang makan, dan lain-lain. Orisinil banget deh.Jawaban-jawabannya mengundang tawa guru lain yang mendengarkan.

Secara, lokasi sekolahnya ada di kompleks menengah ke bawah, tentu saja ukuran rumah yang sekitar Tipe 21 dan 27 itu memang ciri-cirinya ada satu ruang umum yang digunakan untuk apapun, dari terima tamu sampai tempat parkir motor.

Tentu saja nggak bisa disalahkan jawaban anak-anak itu. Yang salah yang bikin soal. Kalo memang ngincer jawaban satu atau dua kata,  ya harus spesifik sekali pertanyaannya

Belajar Membaca


Written by Ika Rais   

Ikutan sharing ya.....

Berdasarkan pengalaman saya sih, saya tidak pernah mengenalkan abjad ke anak-anak saya karena saya pikir, susah banget sih ngenalin abjad plus memahami bentuknya.

Jadi, saya ambil teori yang praktisnya saja saya langsung mengenalkan suku kata
misalnya: ba ca, ba ta, sa ya, ba ru.

Dalam hal ini saya memakai buku terbitan teman-teman dari Jogya. Hasilnya ok banget lho. Anak pertama saya, umur 5 tahun sudah bisa membaca, yang kedua malah belum 3 tahun sudah lancar. Yang ketiga ini (3 tahun), lagi latihan.

Kalau bosen, saya suka main tebak-tebakan kata. Saya sebut, “Bi.....” Lalu saya tunggu anak-anak saya merespon.
Yang sudah paham kosa kata biasanya langsung nyeletuk, “Ru..!”
“Bi....” (saya)
”Sa!”

”Bi....” (saya)
”La!”

Terus, saya ganti lagi,
”Ra...” (saya)
”Sa!”
”Ra...” (saya)
”Ba”

Begitu saja... Tapi itu efektif sekali diterapkan di keluarga saya...

Tapi bedakan lho, bisa membaca dengan menikmati membaca. Aak pertamaku, baru sekarang-sekarang ini setelah saya harus menunggu 6 tahunan... untuk bisa melihat bahwa dia memiliki minat tinggi membaca.... justru menumbuhkan hal ini yang nggak gampang......

Membaca, ibarat makan sayur...








Sekolah Internasional


Written by Ines Setiawan   

Apa itu sekolah internasional?

Banyak esensi mengenai sekolah internasional yang harusnya diketahui oleh khalayak jarang dibahas atau diperdengarkan.
Media pun sering tidak kritis mengulas tentang sekolah-sekolah yang mengaku internasional hanya untuk tujuan "berjualan". Tidak heran dalam benak kita, sekolah internasional adalah sekolah yang bukunya dari luar negeri, yang pakai bahasa inggris (padahal banyak sekolah internasional di Eropa misalnya menggunakan bahasa ibu mereka), yang uang sekolahnya mahal, yang gedungnya mentereng, yang ada 'bule'nya, yang gaya, dsb. Berikut sedikit informasi dari saya, semoga bisa menambah wawasan.

International Baccalaureate Oraganization yang bermarkas di Geneva, Swiss mendefinisikan Sekolah Internasional sebagai sekolah yang menyelenggarakan "International Education". Kriteria apa saja yang menentukan sebuah penyelenggaraan pendidikan disebut International:

1. Developing citizens of the world in relation to culture, language and learning to live together (Membangun warga dunia dalam hubungannya dengan budaya, bahasa dan pembelajaran untuk bisa hidup bersama)

Jadi, kalau ada sekolah mengaku internasional tetapi menghasilkan anak didik dengan mentalitas menghancurkan/merendahkan/mengeksploitasi negaralain/budaya lain, maka itu adalah penyimpangan.

2. Building and reinforcing students’ sense of identity and cultural awareness (membangun dan memperkuat identitas diri dan kesadaran budaya siswa).

Jadi, kalau ada sekolah mengaku internasional tetapi tidak bisa menjadikan siswanya sebagai individu yang tahu akan identitas dirinya dan budaya yang melekat padanya, maka itu adalah penyimpangan.

3. Fostering students’ recognition and development of universal human values (Mendorong pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan universal).

Jadi, kalau ada sekolah yang mengaku internasional tetapi menghasilkan siswa yang misalnya kejam/tidak berempati, serakah, tidak sopan, suka menghina, dan seterusnya, maka itu adalah penyimpangan.

4. Stimulating curiosity and inquiry in order to foster a spirit of discovery and enjoyment of learning (Merangsang keingintahuan dan kehausan akan ilmu supaya bisa mendorong tumbuhnya semangat pencarian dan kesenangan akan belajar).

Jadi, kalau ada sekolah mengaku internasional tetapi menghasilkan siswa yang menganggap belajar sebagai siksaan, maka itu adalah penyimpangan.

5. Equipping students with the skills to learn and acquire knowledge, individually or collaboratively, and to apply these skills and knowledge accordingly across a broad range of areas (Membekali siswa dengan ketrampilan untuk belajar dan memperoleh ilmu secara individu atau berkelompok, dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan ini dalam berbagai area).

Jadi, kalau ada sekolah mengaku internasional tetapi menghasilkan siswa yang tidak mampu belajar sendiri dan tidak mampu menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam berbagai konteks kehidupan, maka itu adalah penyimpangan.

6. Providing international content while responding to local requirements and interests (Menyediakan konten internasional <melewati batas negara> dengan tetap merespon kebutuhan dan kepentingan lokal).

Jadi, kalau ada sekolah mengaku internasional tetapi hanya ‘sok luar negeri’ dan tidak pernah sensitif terhadap isu-isu lokal, maka itu adalah penyimpangan.

7. Encouraging diversity and flexibility in teaching methods (Mendorong keragaman dan fleksibilitas dalam metode pengajarannya).

Jadi, kalau ada sekolah mengaku internasional tetapi memiliki metode pengajaran yang saklek/kaku/tidak terbuka terhadap peningkatan, maka itu adalah penyimpangan.


8. Providing appropriate forms of assessment and international benchmarking. (Menyediakan bentuk penilaian yang sesuai dan pembanding internasional).

Jadi, kalau ada sekolah mengaku internasional tetapi mendasarkan penilaian hanya dari hasil ujian saja dan yang penilaiannya tidak dibandingkan dalam konteks lintas negara, maka itu adalah penyimpangan.

Sebenarnya masih banyak lagi detil mengenai filosofi sekolah internasional yang kalau dibahas di forum, mungkin akan membosankan. Intinya, mari kita membagi informasi yang benar kepada sesama sehingga apapun pilihan setiap keluarga nantinya, pilihan tersebut didasarkan pada informasi yang benar bukan trik-trik pemasaran yang menjerumuskan.

Belajar Membaca


Written by Siyam Junianto   

Berdasarkan pengalaman kami, abjad bisa lebih cepat dihafal dengan cara dinyanyikan (yang populer adalah dengan lagu Twinkle Twinkle Little Star) :
a be ce de e ef ge
ha i je ka el em en
o pe qi er es te u
ve we ex ye zet

Setelah hafal abjad, kami melanjutkan ke pengenalan suku kata (aiueo, ba bi bu be bo, dan seterusnya). Ini juga dengan cara dilagukan (
lagunya ada di situs sekolah rumah). Bisa juga dibantu dengan flash card suku kata.

Dengan cara seperti itu, alhamdulillah anak saya sekarang sedikit-sedikit bisa baca-baca tulisan yang dia temui kalau kami sedang jalan-jalan, misalnya papan penunjuk arah di mal: exit, toilet, dan sebagainya; atau tulisan-tulisan yang ada di kemasan produk.

Berdasarkan pengalaman rekan-rekan anggota milis SekolahRumah, anak tidak mesti bisa membaca di usia dini.
Jadi, kalau anaknya belum minat membaca, jangan dipaksakan untuk membaca dulu. Lebih baik diarahkan untuk pengembangan kegiatan fisik dulu: lari-lari, lompat-lompat, dan sebagainya.



Menumbuhkembangkan Minat Baca


Written by Ellen Kristi   


U
ntuk pertanyaan bagaimana menumbuhkembangkan minat baca & tulis anak, saran saya: pastikan bahwa orang-orang dewasa yang ada di rumah juga punya gairah dalam membaca dan menulis! Selain itu: matikan TV selama anak belum tidur, nyalakan hanya kalau benar-benar perlu dan ada program bagus saja. Survei membuktikan: kebiasaan menonton TV di usia dini menghambat keterampilan membaca, sebab TV membuat anak menjadi pembelajar imaji (image-learner) sedangkan membaca butuh pembelajar lambang (symbols-learner).

Bagaimana mengetahui bakat dan minat khusus anak? Anak-anak cenderung tertarik kepada SEGALA HAL! Mereka ibarat spons yang siap menyerap informasi apa saja dan mencoba apa saja. Terlalu dini untuk menetapkan spesialisasi.
Yang penting, ketika mereka menunjukkan minat untuk mempelajari lebih tentang sesuatu, segera fasilitasi. Carikan sumber-sumber yang memperkaya wawasannya tentang hal itu. Anak-anak juga biasanya suka mengulang-ulang satu kegiatan yang sama. Turuti saja. Repetition makes fluency and leads to mastery!

Mengajar Menulis


Written by Ellen Kristi   

Menjawab pertanyaan mengapa anak saya belum bisa menulis?

Sharing,

Memang kemampuan menulis biasanya berkembang lebih belakangan dibandingkan kemampuan membaca. Selama motorik halus anak belum bagus, dia harus berjuang keras untuk menggerakkan alat tulis seperti pensil atau bolpen.

Jadi, sebetulnya SANGAT TIDAK BAGUS memaksa anak menulis di saat dia belum siap. Ini bisa membuat si anak frustrasi dan kadang rasa frustrasi ini terbawa sampai besar. Anak belum mahir menulis sampai umur 6-7 tahun itu masih wajar! Jangan biarkan kegiatan menulis menghambat keterampilan membacanya ('kan banyak buku-buku pelajaran bahasa yang meminta anak mahir membaca dan menulis sekaligus).

Kalau anak masih kesulitan dengan alat tulis, coba ajak dia menulis dengan jarinya di atas pasir, tepung, beras, atau membuat fingerpainting. Oh ya, dorong dia untuk menggambar sebanyak-banyaknya.

Catatan: kalau dia menggambar lingkaran, ajari dan pastikan dia menggores berlawanan dengan arah jarum jam. Kebanyakan anak ingin membuat lingkaran menurut arah jarum jam, tetapi kebiasaan ini akan menghambatnya waktu belajar menulis, karena huruf-huruf yang ada unsur lingkaran kebanyakan ditulis berlawanan dengan arah jarum jam.

Setelah nyaman dengan alat tulis, lanjutkan dengan kegiatan belajar menulis seperti ini:

Tahap 1: menyalin tulisan tangan orang dewasa
Tahap 2: menyalin dari buku
Tahap 3: dikte 1-2 kalimat sederhana
Tahap 4: dikte kalimat-kalimat yang lebih panjang
Tahap 5: dikte beberapa kalimat


Pilihan Metode dan Model Homeschooling


Written by Ellen Kristi   


S
eperti sering dibilang Pak Aar, metode dan model homeschooling bervariasi mulai dari yang paling terstruktur (school-at-home) sampai yang paling tidak terstruktur (unschooling). Rata-rata HS-er mencampur kedua pendekatan itu.

Saya termasuk yang sepakat bahwa model yang ideal adalah campuran antara kedua pendekatan. Mengapa? Sebab manusia pada dasarnya memiliki kedua aspek itu dalam dirinya: terstruktur dan tak terstruktur, otak kiri dan otak kanan, logis dan artistik. Barangkali tiap anak sudah membawa sertanya bakat (nature) untuk lebih aktif di salah satu belahan otak, tetapi kita tidak akan pernah tahu belahan otak yang manakah itu sebelum kita memberi rangsangan (nurture) yang cukup pada kedua belah otaknya.

Pertanyaannya tentu saja (dan ini pertanyaan umum di kalangan para HS-er baru): di titik manakah antara terstruktur - tidak terstruktur itu pendekatan yang tepat buat anak saya?

Setelah membaca beberapa bahan homeschooling, saya ingin coba bedah lebih jauh aspek filosofis di balik pendekatan terstruktur dan tidak terstruktur.

Inti pembeda antara pendekatan terstruktur dan tidak terstruktur adalah bagaimana sejatinya ortu memandang sifat dasar anak dan apa nilai yang paling penting buat ortu. Apa yang Anda yakini tentang anak Anda? Apakah anak, terutama di tahap awal kehidupannya, perlu dibimbing secara intensif oleh orangtua (parents-led)? Kalau ya, Anda akan cenderung pendekatan terstruktur. Atau Anda percaya anak Anda bisa membimbing dirinya sendiri, ortu tinggal mengikuti (child-led)? Kalau ya, Anda akan cenderung pendekatan tidak terstruktur.

Argumen parents-led:
Ortu perlu intensif membimbing anak karena anak tidak selalu tahu apa yang terbaik bagi dirinya. Contoh: banyak anak yang kalau disuruh memilih tidak akan memilih makanan sehat (buah dan sayur). Memang bagus sekali kalau anak bisa dengan sadar memilih apa yang terbaik, tetapi kadang kesadaran datang terlambat. Bukan berarti ortu lebih pintar, tetapi ortu sudah lebih lama hidup dan lebih banyak melihat dunia, sehingga sudah jadi tugas ortu untuk membagikan apa yang terbaik yang ia tahu. Kelak, kalau anak sudah punya landasan nilai dan konsep yang memadai, ia bisa menentukan sendiri pilihan hidupnya.

Argumen child-led:
Setiap anak pada dasarnya suka belajar dan ingin ambil bagian secara aktif dalam dunia. Jika ortu memberi kebebasan dan kesempatan, anak akan belajar apa saja dengan senang hati dan bersemangat. Mempelajari sesuatu karena motivasi kuat dari diri sendiri jauh lebih efektif dibanding belajar karena didorong orang lain (termasuk ortu). Anak akan belajar bukan karena takut, rasa wajib, atau iming-iming, tapi karena ia merasakan sendiri enaknya jadi 'penemu' (sense of discovery).

Parents-led dalam praktek homeschooling:
·   Nilai yang diprioritaskan adalah kedisiplinan (kesanggupan anak untuk mengerjakan yang terbaik, sekalipun ia tidak suka atau sedang malas mengerjakannya)
·   Ortu berperan lebih aktif dalam menentukan kurikulum dan waktu belajar
·   Rumusan tujuan pembelajaran jangka panjang jelas (ada prinsip-prinsip arahan dari ortu)

Child-led dalam praktek homeschooling:
·   Nilai yang diprioritaskan adalah kebebasan (kesanggupan anak untuk mengungkapkan diri
·   sejujur-jujurnya sekalipun itu berbeda atau menyakitkan)
·   Anak berperan lebih aktif dalam menentukan kurikulum dan waktu belajar
·   Rumusan tujuan pembelajaran jangka panjang dimatangkan lewat proses waktu (dirumuskan sendiri oleh anak)

Kekurangan parents-led homeschooling:
·   sense of discovery tidak optimal
·   bisa muncul "perlawanan" dari anak ketika dia kurang suka atau sedang tidak berminat pada suatu materi pelajaran
·   ortu lebih sering mengalami "burnout" (kehabisan energi) karena harus berperan aktif menyusun kurikulum dan proses belajar tidak selalu fun (anak tidak selalu sedang berminat)

Kekurangan child-led homeschooling:
·   ortu bisa sulit membedakan antara anak "tidak berminat" atau "belum berminat" (karena belum paham apa yang baik atau mengapa itu baik), sehingga ragu bagaimana harus memfasilitasi anak
·   jika anak tidak berminat, skill anak akan ketinggalan dari teman-teman sebaya, sampai saatnya (yang tidak bisa ortu prediksi kapan) ia berminat untuk mempelajarinya (misal: membaca, menulis,berhitung atau matematika)
·   bagi anak yang sudah pernah masuk sistem pendidikan publik, perlu waktu untuk "detoks" sebelum ia nyaman dan melaju dengan pendekatan tak terstruktur; lama-sebentarnya detoks tergantung seberapa banyak "racun" yang terserap

Metode-metode homeschooling, dari yang paling terstruktur sampai yang paling tidak terstruktur (menurut saya): School-at-home, classical education, Back-to-Basics (3Rs), Charlotte Mason, Montessori, unschooling


Kesimpulan saya:
Untuk memilih metode dan model homeschooling, yang perlu dikenali bukan hanya karakter anak, tetapi juga karakter ortu dan nilai yang mereka prioritaskan, plus impian ortu tentang masa depan anak. Buat sebagian ortu, pengenalan tentang unsur-unsur ini sudah sedia sejak awal homeschooling. Tapi buat sebagian ortu lain butuh waktu lebih lama untuk merumuskannya, lewat coba-ralat. Makanya, jangan terlalu dibuat tegang. Homeschooling itu enak kok, kita bisa sewaktu-waktu mengubah metode dan materi ketika memang dirasa tidak cocok lagi!

READMORE » Home schooling

Jumat, 18 Mei 2012

SINOPSIS BUKU KESADARAN




Agama ISLAM sudah dianggap sebuah tradisi ritual dalam kehidupan semata. Ritual ini kemudian menjadi rutinitas sebuah kegiatan yang hanya terus berulang dan berulang. Pengulangan ini tanpa disadari memunculkan penafsiran baru tentang ritualitas yang jauh dari esensi ajaran yang sebenarnya.
Banyak nilai Agama ISLAM yang semakin hari terasa jauh dari kebenaran yang diperintahkan Sang Pencipta. Bahkan, pemahaman Muslim mengenai IBADAH saja mengalami penyempitan makna dan aksi. Akibatnya, IBADAH hanya dianggap benar dalam sebuah pekerjaan yang terdomestikasi dalam ritual bukan spiritual. Padahal IBADAH yang dimaksud adalah kesatuan aksi kehidupan atas nama Sang Pencipta, yaitu Allah Swt. Masih banyak lagi penafsiran serta pelaksanaan nilai-nilai Agama ISLAM yang seolah-olah benar, akan tetapi jika dikaji lagi jauh dari kebenaran, bahkan akhirnya berlawanan dengan kebenaran Sang Pencipta sendiri.

Penurunan kualitas pemikiran dan aksi terhadap Ajaran ISLAM ini sebenarnya dilakukan secara terstruktur oleh musuh-musuh ISLAM sendiri terhadap ilmu dan pemikiran ISLAM. Tujuannya untuk memundurkan cara Berpikir dan Bertindak Umat ISLAM terhadap ajaran Sang Pencipta, yaitu Allah Swt. Pola ini merupakan sebuah “grand design” yang diterapkan sangat halus, tanpa sadar, begitu dalam, serta mencengkram dengan jalan “menjauhkan” pemahaman Umat ISLAM terhadap Ajaran ISLAM sendiri.
Pola ini terus menerus dilakukan yang meyebabkan Umat ISLAM terlena dengan pemahaman dan pelaksanaan ajarannya sendiri. Akibatnya, mereka menganggap semua pemahaman dan pelaksanaan Ajarannya sudah final, “status quo” dan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai contoh, sesuatu yang paling mendasar dalam Agama ISLAM adalah IKRAR (SYAHADAT) atau PERNYATAAN/ PERSAKSIAN dan THAHARAH atau BERSUCI.
Saat ini IKRAR (SYAHADAT) dan BERSUCI hanya dilaksanakan sebatas ritual semata, bahkan umat ISLAM hampir tidak mengetahui makna IKRAR (SYAHADAT) dan BERSUCI Itu sendiri.
Apakah SYAHADAT yang diucapkan sudah benar? Apakah sudah menjadi SPIRIT kehidupan? Atau apakah kita sudah menyatakan bahwa Sang Pencipta di atas segala-galanya dalam kehidupan ini?
Lalu, apakah BERWUDHU hanya sebatas membasuh jari, mulut, hidung, muka, tangan, telinga atau kaki? Apakah BERSUCI itu membersihkan dosa tapi kemudian dosa itu diulangi kembali?
Semua pertanyaan-pertanyaan ini sangat sederhana, namun bisakah kita menjawabnya dengan jujur serta apa adanya?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kini telah hadir Buku KESADARAN karangan DICKY ZAINAL ARIFIN, dimana buku KESADARAN ini tidak saja merefresh konsepsi pemahaman Agama ISLAM tentang IKRAR/ SYAHADAT dan THAHARAH, tetapi secara rinci memetakan teknis pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Buku KESADARAN ini penting bagi mereka yang ingin berpikir dan keluar dari ritualitas atau KEJUMUDAN. Buku ini juga disajikan dengan gaya penyampaian yang sederhana dan mudah dimengerti.
Jadi, segera dapatkan bukunya, stock terbatas.
Dapatkan buku KESADARAN ini di agen-agen terdekat.

READMORE » SINOPSIS BUKU KESADARAN

Rabu, 16 Mei 2012

Anak dan Egonya


Edisi 6 Tahun 2008

Sering para orang tua mengalami hal-hal menjengkelkan dari perilaku anak. Biasanya orang tua akan mengingatkan pelan-pelan, bila si anak masih tidak menurut, ia akan berusaha membujuk. Lalu mereka akan mulai berdebat, bila orang tua sudah tidak mampu mengendalikan kesabaran, ia akan mulai berteriak hingga akhirnya memukul si anak. Thomas W. Phelan, Ph.D. menyebut fenomena ini sebagai “Talk-Persuade-Argue-Yell-Hit Syndrome” atau sindrom Bicara-Bujuk-Debat-Teriak-Pukul.
Orang tua selalu mengharapkan anak yang harus cepat tanggap dan menurut semua yang diperintahkan. Tapi apakah anda sebagai orang tua mengerti apa yang dipikirkan anak sehingga dia mengambil tindakan yang menjengkelkan? Sebenarnya hal ini hanya masalah sederhana saja jika orang tua mengetahui karakter ego seorang anak.
Setiap anak dilahirkan dengan bekal ego khusus yang disebut super-ego. Super-ego adalah naluri mengutamakan diri sendiri tanpa melihat kondisi orang lain. Tujuan ego jenis ini ialah untuk bertahan hidup dengan kemampuan yang ada.
Seorang bayi masih dalam tahap belajar apa pun termasuk komunikasi verbal dan non verbal. Alat komunikasi yang sering digunakannya adalah menangis. Seorang anak yang memiliki super-ego dapat langsung menangis jika kebutuhannya seperti ingin buang air atau sedang lapar harus dipenuhi, akan tetapi ia akan langsung menenangkan diri dengan berhenti menangis dengan tiba-tiba jika kebutuhannya sudah terpenuhi. Inilah gunanya super-ego.
Satu hal yang perlu kita perhatikan pada masalah super-ego adalah bahwa anak melakukan hal tersebut tanpa perasaan yang bersifat negatif, seperti kebencian, dendam atau keinginan untuk menyusahkan orang lain, dalam hal ini orang tua, ia cuma butuh sesuatu dan berusaha mendapatkannya.
Orang tualah yang seharusnya mendidik agar si anak dapat secara bertahap menurunkan ego serta mampu mengendalikannya. Perlu diingat bahwa anak belajar dari situasi yang dialaminya. Mereka mengingat kejadian menyenangkan maupun yang tidak. Jika ia mengalami kejadian menyenangkan, ia akan berusaha mencari cara agar ia dapat mengulang lagi kejadian itu.
Kejadian kecil seperti diperhatikan ayah/ibunya, merupakan hal yang hebat di matanya. Konsekuensinya, seringkali ada saat di mana si anak membuat jengkel orang tuanya hanya karena mencari perhatian mereka. Anak sedang belajar mencari cara yang baik dan mampu dilakukannya untuk mendapatkan perhatian orang tuanya. Bila sesekali ia melakukan kesalahan karena mencoba cara yang tidak baik, sangatlah wajar.
Janganlah merespon dengan tindakan keras seperti marah, membentak dan memukulnya. Cukup dengan menyadarkan anak bahwa cara yang ia tempuh salah. Dan untuk itu, diperlukan penyampaian berulang-ulang secara efektif hingga ia sadar. Orang tua sering tidak sabar dan tak mampu mengendalikan ego pada tahap ini.
Sudahkah kita menjadi teladan anak-anak kita dengan mampu mengendalikan ego kita
?
READMORE » Anak dan Egonya

Salahkah anak jika bandel?


Edisi 1 Tahun 2009

Sering kami menerima orang tua yang mengeluh karena anaknya susah diatur dan tidak bisa diam dan duduk tenang. Biasanya orang tua ingin anaknya dapat duduk manis dengan tenang dan tidak banyak bertingkah, terlebih pada saat bertamu, atau di tempat umum.
Kami sangat mengerti bahwa sebagai orang tua, tidak ingin anaknya membuat masalah seperti memecahkan vas bunga milik orang lain pada saat bertamu. Dapat dibayangkan malu rasanya jika anak merusakkan benda milik orang lain. Betapa repotnya kita jika mengalami kejadian semacam itu.
Namun apakah anda sebagai orang tua mengerti apa yang sedang dipikirkan anak anda saat mulai sibuk dan banyak tingkah? Apa yang dirasakannya saat dia menyadari bahwa ia telah merusakkan benda milik orang lain?
Kita bahas lebih dahulu apa yang dipikirkannya saat mulai bandel. Sebagai seorang anak, jika ia dilahirkan dengan kecerdasan tinggi, biasanya setiap anak yang lahir normal sangatlah cerdas, pada saat ia melihat tempat baru dengan berbagai hal yang baru, ia mendapatkan berbagai ide baru. Ide-ide ini membanjiri pikirannya dan mendorongnya untuk segera mencoba dan mempelajari berbagai hal baru yang tampaknya mengasyikkan.
Ia akan melakukan beberapa percobaan seperti: mengamati; apakah situasi keamanannya baik untuk dia bermain? menguji hasil pengamatan; apakah betul-betul aman sesuai dengan kesimpulan pengamatan sebelumnya dengan cara mulai mendekati objek yang baru dikenalnya. Setelah yakin aman, ia akan mulai membiasakan diri dengan cara melakukan pengamatan dari objek baru tadi. Anak akan mencoba menyentuh, bicara, memanggil, teriak, berjalan atau berlari, bahkan teknik-teknik unik yang baru dikuasainya untuk mendapatkan kesimpulan baru. Semua hal tersebut dilakukan secara sistematis sama persis dengan yang dilakukan para peneliti di laboratorium, dan hebatnya anak-anak sudah mengetahui metode penelitiannya. Hasrat serta rasa penasarannyalah yang mendorong dia untuk melakukan penelitian dalam bentuk persiapan permainan.
Adalah wajar jika dalam proses penelitian mereka akan menemukan kesalahan. Secara alami anak akan menangis saat melakukan kesalahan. Misalnya memecahkan vas bunga kristal milik ibunya. Perlu anda ketahui, baik anak maupun orang dewasa saat menemui masalah karena berbuat salah akan berusaha mencari dukungan dengan cara meminta pertolongan. Jika anda yang menemui masalah, anda akan meminta nasehat ke orang yang anda kenal atau siapa saja yang ada. Tetapi anak kecil meminta tolong dengan cara yang berbeda.
Anak kecil akan menangis. Dia belum bisa bercerita bahwa dia melakukan kesalahan dan butuh pertolongan, jadi dia menangis. Saat menangis dia berharap orang tuanya akan datang menenangkan dirinya lalu memberitahu dia apa yang harus dia lakukan. Bagaimana perasaannya saat mengetahui bukan dukungan yang ia dapat tetapi bentakan karena ia ingin tahu sesuatu. Tentu saja ia kecewa.
Jika kekecewaan ini semakin banyak, ia akan berhenti penasaran selamanya. Ia akan berpikir berkali-kali untuk meminta tolong orang tuanya, dia akan sangat benci kesalahan. Maka hilang satu lagi anak cerdas di muka bumi ini.
Jadi sadarkah anda jika anak anda sangat cerdas dengan rasa ingin tahunya
?
READMORE » Salahkah anak jika bandel?

Pentingnya Membangun Rasa Aman Untuk Belajar


Edisi 5 Tahun 2007

Bermain adalah dunia anak. Setiap anak akan meluangkan sebagian besar waktunya untuk bermain. Hal ini terbentuk secara insting. Nalurinya akan menggerakkan dia untuk bermain dan mencari tahu berbagai hal yang dilihat dan didengarnya. Lalu dia mencari tahu apakah hal baru itu bisa menyenangkan baginya.
Jika menyenangkan, ia akan menerima dan mempelajarinya. Jika ternyata tidak mengasyikkan, ia akan segera mengalihkan perhatiannya pada hal lainnya. Begitu selanjutnya, dia akan mencoba segala sesuatu secara trial and error sampai terpuaskan rasa ingin tahunya.
Anak belum dapat memilih mana permainan yang cocok untuknya. Karena menentukan pilihan juga merupakan hal yang dipelajari oleh anak-anak, maka orang tua perlu memilihkan permainan yang cocok untuk kebutuhannya.
Orang tua harus tahu manfaat dari berbagai jenis permainan bagi kebutuhan anaknya atau mereka dapat mengambil hikmah dari suatu permainan yang sedang dilakukan anak.
Jadi tidak perlu bingung bila anak anda yang berusia 2 tahun membanting atau melempar mobil-mobilan atau handphone yang dipegangnya. Dia membutuhkan sarana melatih otot lengannya. Nalurinya menggerakkan dia untuk melempar benda apa saja
sekuat tenaga. Kebetulan saja ayahnya memberikan handphone yang bobotnya pas untuk melatih otot lengannya, jadi dilemparnya HP itu sampai rusak.
Kalau saja ayahnya mengerti kebutuhannya, bukan HP yang masih bagus tetapi barang-barang yang dapat dilempar sekuat tenaga oleh anaknya. Atau HP yang sudah rusak total yang diberikan untuk dilempar.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui kebutuhan dasar anak untuk belajar serta motivasi yang sedang menggerakkannya.
Rasa aman untuk melakukan berbagai hal yang ingin dilakukan merupakan salah satu faktor utama dalam belajar.
Jika saja sang ayah dalam cerita di atas memarahi si anak karena merusakkan handphonenya. Si anak akan berhenti melempar barang-barang lagi karena takut dimarahi, tetapi dia juga berhenti belajar menggunakan lengannya untuk melempar. Jika salah satu bakatnya ternyata melempar pisau, maka ayahnya telah membuat dia kehilangan salah satu
bakatnya yang berguna baginya untuk bertahan hidup di masa depan. Karena saat marah atau membentak, ayahnya menciptakan rasa tidak aman bagi si anak yang merusak semangat belajarnya.
Akibat negatif lain, si ayah telah mengajarkan rasa takut pada si anak. Padahal Allah telah memerintahkan agar kita hanya takut pada Allah, bukan yang lain. Rasa takut pada hal selain Allah akan menimbulkan rasa tidak aman yang menjadikan kita tidak membuat kemajuan.
Ketidakmampuan menumbuhkan rasa aman bagi seorang anak berakibat banyak hal negatif. Anak-anak nakal, pemalas, hingga pelaku kriminal adalah sebagian contohnya.
Rasa aman akan menumbuhkan percaya diri untuk berekspresi. Jadi mampukah kita merasakan jika anak sedang merasa tidak aman, lalu memberikan rasa aman yang dibutuhkannya
?
READMORE » Pentingnya Membangun Rasa Aman Untuk Belajar

Kecerdasan Majemuk Pada Anak


Edisi 4 Tahun 2007

Alkisah, pada suatu ketika para binatang besar di hutan ingin mengadakan sekolah bagi para binatang kecil. Para binatang besar itu ingin mengajarkan mata pelajaran yang dianggap penting untuk keberhasilan hidup di hutan, yaitu pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.
Tetapi, para binatang besar itu tak dapat sepakat untuk menentukan mata pelajaran mana yang paling penting. Sebagai keputusan, seluruh siswa diharuskan mengikuti seluruh mata pelajaran.
Saat sekolah dibuka dan menerima murid dari penjuru hutan, semuanya berbahagia. Semua berjalan lancar dan bergembira pada awalnya sampai suatu ketika terjadi peristiwa. Seekor kelinci kecil yang menjadi siswa di sekolah tersebut mengalami masalah. Tak ada seorang pun di hutan yang tak mengetahui bahwa kelinci terkenal piawai berlari. Tapi saat mengikuti kelas berenang, ternyata kelinci nyaris tenggelam. Pengalaman itu mengguncangkan kelinci. Dia berusaha terus berusaha mengikuti pelajaran berenang walaupun berada dalam trauma. Akibatnya, kelinci tak dapat lari secepat sebelumnya.
Demikian pun murid lain menghadapi masalah. Elang yang dikenal jago terbang ternyata menghadapi masalah dalam pelajaran menggali. Dia tak dapat berprestasi dalam pelajaran menggali sehingga harus belajar ekstra yang membuatnya melupakan keahlian terbangnya.
Demikianlah. Kesulitan demi kesulitan dialami oleh binatang-binatang kecil lainnya, seperti bebek, burung pipit, bunglon, ular, dan sebagainya. Para binatang kecil itu tidak memiliki kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masingmasing. Ini lantaran mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka.
Melalui ilustrasi di atas, kami coba gambarkan teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Kecenderungan model pembelajaran di sekolah yang hanya mengembangkan dua jenis kecerdasan (kecerdasan bahasa dan logika) sering membuat anak-anak dinilai gagal.
Padahal, anak-anak yang dianggap gagal dalam sistem sekolah tersebut mungkin memiliki bentuk kecerdasan lain (kecerdasan ruang, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis). Walaupun mereka tidak cocok dengan sistem sekolah yang ada, bukan berarti mereka bodoh dan tak akan berhasil di masyarakat. Mereka hanya memiliki kecerdasan dan cara belajar yang berbeda dengan yang biasanya digunakan di sekolah pada umumnya.
Banyak sekolah dan pendidikan yang mencoba menerapkan teori Multiple Intelligences yang lebih menghargai keragaman bentuk kecerdasan dan gaya belajar anak yang menghargai dan mengembangkan anak secara individual.
Jika pengetahuan terhadap kondisi anak-anak ini dibawa ke dalam kesadaran, pengetahuan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga anak-anak dapat mengoptimalkan potensi dirinya.
Jadi sejauh mana anak anda dihargai dan dikembangkan secara individual
?
READMORE » Kecerdasan Majemuk Pada Anak

Perlunya Berempati Saat Menyuruh Anak Belajar


Edisi 3 Tahun 2007

Seringkali kita mendengar orang tua yang mengeluhkan anaknya yang tidak menurut setiap kali disuruh belajar. Padahal sudah berkali-kali dijelaskan padanya bahwa belajar itu untuk kebaikannya di masa depan. Bermacam cara sudah ditempuh
si orang tua agar si anak mau belajar dengan tekun. Mulai dari membujuknya baik-baik, memberi hadiah, sampai pada memarahi si anak, bahkan ada yang sampai harus memukulnya. Semua cara itu sudah ditempuh, tapi kenapa si anak tetap ogah-ogahan belajar?
Sebenarnya hal ini dapat diatasi jika orang tua si anak dapat berempati padanya. Berempati pada si anak adalah mampu memahami perasaan dan cara berpikirnya. Apa yang menyebabkannya tidak mau belajar? Apa yang sedang dikerjakannya? Apa yang sedang dibutuhkannya? Orang tua seharusnya dapat mengetahui hal-haltersebut di atas.
Biasanya seorang ibu sangat mampu berempati pada anaknya saat si anak masih bayi. Ia mengerti apa yang diinginkan bayinya meskipun si bayi hanya mampu menangis. Namun kemampuan ini semakin jarang digunakan saat si anak mulai mampu berbicara dan mengungkapkan keinginannya. Si ibu semakin sering mengatur si anak tanpa berusaha berempati lagi padanya.
Reaksi pertama si anak saat menghadapi situasi di mana orang tuanya mulai tidak mengerti keinginan dan kebutuhannya adalah dengan menangis. Ia belum bisa mengutarakan apa yang dia mau karena mengutarakan keinginan adalah termasuk hal yang belum dikuasainya.
Jika orang tuanya justru memarahi dia, dia akan menurut. Tetapi dia menurut supaya dia tidak lagi dimarahi. Jadi bukannya belajar pelajaran tapi malahan belajar berpura-pura, berbohong serta bermacam taktik lain untuk mendapatkan keinginannya. Jika hal ini yang terjadi bertahun-tahun, tidaklah mengherankan jika saat ia dewasa dia menjadi orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Tanpa disadari, justru orang tuanyalah yang membentuk karakter ‘jahat’ dalam diri seorang anak.
Orang tua seharusnya dapat terus berempati pada anak hingga ia dewasa. Anak perlu diperkenalkan secara baik-baik pada dunia belajar. Bagaimana mengasyikkan dan indahnya dunia belajar. Emosi yang timbul saat berusaha mencari tahu sesuatu, serta serunya saat-saat dia menemukan hal-hal baru dengan usahanya sendiri. Hal-hal tersebut yang perlu dikenalkan pada sang anak melalui keteladanan.
Tunjukkan padanya bahwa orang tuanya betul-betul suka belajar dan terus belajar. Janganlah menyuruhnya belajar sementara orang tuanya menonton film dan sinetron di televisi serta tidak pernah terlihat sibuk belajar. Lalu pahami bahwa mood anak belajar dapat naik-turun. Saat mood-nya turun janganlah memaksanya belajar tetapi mengemas belajar ke dalam kegiatan yang hendak dilakukannya. Orang tua memang harus siap mengorbankan berbagai kesenangan untuk mendidik anak.
Jadi siapkah anda berempati pada anak serta mengorbankan kesenangan untuk memberi keteladanan
?
READMORE » Perlunya Berempati Saat Menyuruh Anak Belajar

Menangani Keunikan Anak


Edisi 2 Tahun 2007

Pada edisi sebelumnya dijelaskan bahwa setiap anak adalah unik, serta orang tua perlu bisa berempati untuk mendidik mereka.
Salah satu keunikan yang dimiliki setiap anak misalnya adalah kemampuan indera yang berbeda. Perbedaan ini dilihat dari daya tangkap mereka dalam menggunakan indera mereka. Ada anak yang mempunyai daya tangkap lebih bila menggunakan indera penglihatan, ada yang dengan indera pendengaran, sementara yang lain dengan indera peraba, penciuman, pengecap dan kombinasi masingmasing indera.
Selain itu ada anak yang daya tangkapnya kuat dengan menggunakan indera pada kelenjar pituitary-nya.
Kelenjar pituitary adalah kelenjar di bawah otak yang berfungsi sebagai indera penerima sinyal dan gelombang, kelenjar ini lazimnya disebut sebagai indera keenam.
Perbedaan daya tangkap ini yang menyebabkan perbedaan gaya belajar pada setiap anak. Untuk anak yang bagus pada indera pendengarannya, ia akan lebih suka mendengar dan menyimak serta menyukai suasana tenang saat belajar. Ini adalah cara anak belajar yang disukai guru pada umumnya. Anak tipe inilah yang menjadi standar ciri-ciri pelajar dan murid yang baik.
Anak yang bertipe visual lebih kuat mengingat apa-apa yang dilihatnya daripada yang didengar. Anak seperti ini tidak mudah terpengaruh keributan, dan mudah bosan bila mendengar ceramah.
Yang sering disalahartikan sebagai ‘anak nakal’ adalah anak yang mempunyai tipe belajar kombinasi antara indera visual dan peraba yang termasuk juga kemampuan bergerak. Biasanya anak tipe ini cerewet jika bercerita. Anak-anak ini baru dapat belajar jika fisik mereka ikut terlibat saat memperhatikan. Mereka sulit belajar jika harus diam mendengarkan. Mereka merasa belajar itu harus disertai kegiatan seperti berlari-lari, berteriak,melompat, berjoget dan lainnya.
Setiap anak mempunyai gaya belajarnya masing-masing. Naluri merekalah yang menggerakkan mereka pada gaya belajarnya.
Apapun tipe belajar seorang anak, ia akan belajar jika sedang mengalami suatu kegiatan secara langsung. Dan daya tangkapnya dalam belajar akan semakin kuat jika ia sedang merasa senang dan gembira.
Sebaliknya, jika seorang anak ditekan untuk belajar, kegembiraannya akan lenyap dan daya tangkapnya dalam belajar akan melemah secara drastis, akibatnya ia tidak belajar apa-apa kecuali rasa kecewa dan mencari taktik untuk menghadapi masalah serupa di masa depan.
Oleh karena itu, kita perlu menjaga kegembiraan seorang anak saat ia sedang aktif melakukan suatu kegiatan. Karena dengan cara demikian ia akan mengalami proses belajar yang optimal.
Jadi, siapkah anda mengetahui dan menghadapi cara belajar yang unik dari anak anda
?
READMORE » Menangani Keunikan Anak

Setiap Anak Adalah Unik


Edisi 1 Tahun 2007

Ya, setiap orang diciptakan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sidik jari yang dimiliki setiap orang tidak ada yang sama. Pola retina mata setiap orang juga unik, tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari atau retina yang betul-betul identik.
Sebenarnya keunikan ini juga berlaku pada hal lain selain sidik jari dan retina mata. Bakat alami misalnya, setiap orang sebenarnya mempunyai bakat alami yang hanya dimiliki oleh dia sendiri, yang berbeda dengan bakat orang lain. Memang terdapat kemiripan dengan orang lain, tetapi sama sekali tidak sama.
Allah menganugerahkan bakat serta kemampuan yang berbeda kepada setiap orang dengan tujuan agar orang tersebut dapat saling berinteraksi yaitu dalam hubungan saling membutuhkan. Jika ada banyak orang yang mempunyai kemampuan yang benar-benar sama, maka seseorang dapat dengan mudah memutuskan tali silaturahmi dengan orang lain. Toh ada orang lain yang sama yang dapat menggantikannya.
Bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui bakat seseorang? Lalu bagaimana caranya mengelola bakat tersebut? Mengapa kebanyakan orang seolah-olah tidak mempunyai bakat apa-apa?
Hal tersebut diakibatkan dari penanganan yang tidak tepat atas seorang anak. Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian? James Thurber seorang wartawan terkemuka, pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu sebelumnya.
Apa yang terjadi pada William James Sidis? Apakah tidak cukup ijazah Harvard College yang dimilikinya untuk mencari pekerjaan?
Sebenarnya hal yang tampak bagi orang lain sebagai bakat yang mengagumkan yaitu matematika, hanyalah salah satu faktor pendukung hidupnya. Masih ada kemampuan lain yang William James Sidis miliki yang tidak sempat diasah karena orang-orang sekitarnya terlanjur memaksanya belajar matematika. Padahal belum tentu William James Sidis menyukai belajar matematika.
Bagaimana caranya agar kemampuan yang lain dapat muncul hingga terlihat bakat-bakat yang dimiliki seorang anak?
Dalam berkomunikasi dengan anak tidak cukup hanya dengan bahasa verbal saja, kita juga memerlukan bahasa non verbal, dalam hal ini kemampuan berempati terhadap si anak. Jika kita dapat memahami keinginan si anak secara empati, rasa percaya diri serta kemampuan menentukan pilihan si anak akan tumbuh. Kedua kemampuan inilah yang membuat si anak dapat menunjukkan bakat-bakat dan kemampuannya kepada orang lain.
Yang menjadi masalah berikutnya adalah sejauh mana orang tua dapat berempati terhadap anak.
READMORE » Setiap Anak Adalah Unik
Get This Gadget

Popular Posts

Ready 3 Data AON

Followers

hainfobadge1a