Berbagai penyakit baru terus bermunculan menghinggapi manusia dan parahnya belum ditemukan obat yang paten yang mampu menyembuhkan secara total, seperti
halnya virus HIV, dan juga Virus H5N1 dalam kasus Flu Burung. Kita tentu ingat, setiap kali ada korban meninggal akibat virus ini, media massa baik cetak
maupun elektronik senantiasa menyebutnya sebagai ‘Suspect Flu Burung’ alias baru diduga, bukan dipastikan.
Di lain sisi, obat-obatan kimiawi yang diproduksi oleh dunia medis dan direkomendir oleh para dokter ternyata juga tidak bebas dari efek samping. Obat untuk
sesuatu penyakit ternyata jika digunakan secara kontinyu akan menimbulkan penyakit lain. Penyakit utama yang diderita pun bisa jadi bertambah kuat dan
sebab itu membutuhkan dosis dari obat yang sama yang lebih besar lagi agar penyakit atau virus atau kuman yang lebih kuat bisa dibasmi.
Parahnya, aneka bahan konsumsi manusia yang berasal dari alam pun ternyata dewasa ini sudah jauh dari nilai sehat. Sayuran dan buah-buahan misalnya, dalam
perawatannya selalu disemprot dengan herbisida atau insektisida yang tidak aman bagi manusia. Belum lagi zat pengawet yang biasa diberikan kepada sayuran
dan buah-buahan impor agar lebih tahan lama dan tidak mudah busuk, juga menambah daftar zat kimia berbahaya yang dipastikan akan ikut masuk ke dalam tubuh
manusia jika dikonsumsi. Lama-kelamaan, zat-zat yang jumlahnya mungkin sangat kecil ini, bisa menjadi besar karena mengendap di dalam tubuh dan menjadi
bibit penyakit.
Satu contoh, seorang perempuan yang sejak muda sering mengkonsumsi mie instan atau penganan pabrik yang mengandung Mono Sodium Glutamat (MSG) alias bahan
penyedap atau penguat rasa yang lazim ditambahkan ke dalam banyak sekali penganan produk pabrik, lima sampai sepuluh tahun ke depan pasti akan tumbuh kista
di dalam tubuhnya yang bisa jadi bertambah ganas menjadi tumor. Banyak sekali kasus ini di dunia dan juga di Indonesia.
Ironisnya, penggunaan MSG oleh media massa malah dipromosikan secara besar-besaran sebagai zat yang mampu mendongkrak rasa dan kenikmatan sebuah makanan,
namun tidak dipaparkan secara jujur efek samping membahayakan bagi tubuh manusia. Berbagai penelitian dari dunia medis tentang bahaya MSG pun tidak disosialisasikan
secara massal. Akibatnya, hanya orang-orang tertentu yang care terhadap kesehatan-lah yang berusaha sekuat tenaga menghindari penggunaan zat aditif tersebut.
Sedangkan kalangan bawah yang tertutup akses informasi (karena buku atau pendidikan mahal harganya), dan kelompok ini jauh lebih besar kuantitasnya, tidak
mengetahui akan bahaya tersebut dan terus-menertus mengkonsumsi penganan yang tidak sehat tersebut. Akibatnya, berbagai penyakit mereka derita dan biasanya
kematian selalu menjadi akhir dari cerita mereka karena untuk berobat ke dokter pun mereka tidak memiliki cukup uang.
Satu contoh lagi tentang zat aditif. Tahukah Anda jika setiap ayam goreng yang disajikan oleh berbagai resto fasfood ternama dunia merupakan ayam yang dari
telur hingga dewasa dan dipotong, masa hidupnya tidak sampai dua bulan? Ayam tersebut besar dengan cepat disebabkan suntikan hormon yang diberikan secara
berkala dengan jumlah yang besar. Hormon tersebut tidaklah hilang tatkala ayam tersebut digoreng. Hormon itu tetap ada dan masuk ke dalam perut kita saat
kita menyantapnya. Inilah penjelasan mengapa anak-anak remaja sekarang banyak yang menderita obesitas dan berbagai macam penyakit. Jika masih ragu, tontonlah
film semi dokumenter yang cukup menghibur berjudul ‘Super Size Me’ yang disutradarai Morgan Spurlock dari AS.
Coba sekarang tutup mata kita, dan begitu kita buka kembali, hilangkan semua persepsi dan paradigma yang ada. Kita akan bisa melihat dengan jelas jika sekarang
ini berbagai upaya menghabisi ras manusia tengah terjadi di depan dan sekeliling kita, lewat peperangan, propaganda media massa, hegemoni ekonomi, penyakit,
konflik, makanan, dan bahkan obat-obatan. Apakah ini berjalan dengan sendirinya? Tentu sangat naif jika kita mengira demikian.
Fluoride
Zat kimia ini secara umum dipersepsikan orang sebagai zat ampuh untuk memperkuat tulang gigi. Sebab itu, zat ini banyak disisipkan di dalam pasta gigi.
Bahkan 66% cadangan air minum warga AS telah dicampuri zat ini secara sengaja. Benarkah fluoride berguna?
Jawaban yang ada mungkin akan mengejutkan kita semua. Fluoride telah diteliti banyak pakar kesehatan dan ternyata ditegaskan mengandung bahan berbahaya
bagi tubuh. Antara lain bisa menyebabkan kanker tulang, oestoporosis, masalah persendian, turunnya kadar testoteron dan estrogen, dan sanggup mengkorosi
lapisan enamel gigi. Bahkan dikatakan jika fluoride lebih merusak gigi ketimbang garam.
Sekarang, pergilah ke toko atau super market yang ada. Carilah racun tikus. Dan lihatlah, apa bahan utama pembuat racun tikus? Yakni Sodium Fluoride. Ini
adalah zat kimia ionik yang paling beracun setelah Potasium Dikromat. Saat ini, perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam bisnis air minum dalam
kemasan diketahui telah memasukkan fluoride ke dalam produk air minum dalam kemasan mereka. Hal ini dilakukan tanpa membubuhkan keterangan sedikit pun
dalam label kemasannya.
Dunia medis juga telah mengetahui jika fluoride juga digunakan sebagai obat anti depresan, yang menghilangkan agresifitas dan motivasi manusia, termasuk
menurunkan hasrat untuk berkembang-biak. “Fluoride memang tidak memiliki faktor yang menguntungkan secara biologis, ” tegas Dr. Rima Laibaow dari Natural
Solutions Foundation.
Penggunaan Fluoride hanyalah salah satu bagian dari banyak sekali contoh betapa bahan berbahaya disusupkan ke dalam bahan-bahan yang dipergunakan manusia
dan bisa masuk ke dalam tubuhnya. Selain Fluoride, kita tentu juga akrab dengan aspartame atau aspartamin, tanpa kita sadari. Untuk yang satu ini, mungkin
kita masih merasa asing dengan namanya, tapi kami yakin jika bahan kimia tersebut sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.
Aspartame atau aspartamin merupakan bahan kimia yang secara populer disebut sebagai bahan pemanis buatan pengganti gula. Gula memang tidak baik bagi kesehatan
manusia, namun zat penggantinya ini ternyata menyimpan potensi kejahatan yang jauh lebih mengerikan. Ironisnya, sejak pertengahan tahun 1995, penggunaan
aspartame dari AS telah meluas ke seluruh dunia.
Bahan kontroversial ini sekarang telah disusupkan ke dalam puluhan ribu produk makanan, suplemen vitamin, dan minuman ringan. Padahal banyak penelitian
menyebutkan jika bahan ini bisa menyebbakan sakit kepala, tumor otak, dan limpoma. Pada tahun 2004, sebuah film dokumenter berjudul “Sweet Misery: A Poisoned
World” dengan jelas memperlihatkan bahayanya zat kimia tersebut.
Jika Anda masuk ke supermarket, daftar bahan pemanis buatan ini dengan mudah akan Anda dapati di bagian komposisi suatu makanan atau minuman manis, seperti
halnya penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) yang juga berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa penelitian menyebutkan aspartame sama berbahayanya dengan racun sianida atau pun arsenik yang secara langsung menyerang jaringan saraf manusia,
yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Hanya saja aspartame bereaksi lebih lama dari suanida maupun arsenik. Nama arsenik sendiri di Indonesia
belakangan kembali popuelr seiring tragedi kematian aktivis HAM Munir yang diracun oleh seseorang dengan penggunaan arsenik.
Di Amerika Serikat, negara besar dengan masalah kesehatan serius salah satunya adalah masalah obesitas (kegemukan), bahkan kota Houston disebut sebagai
kota orang-orang gemuk AS, berbagai laporan mengenai aspartame cukup mengerikan. Salah satunya adalah grafik kasus kanker payudara yang menunjukkan peningkatan
yang selaras dengan peningkatan penggunaan aspartame dalam produk makanan jadi. Hal ini kian memperkuat mengapa pemanis buatan ini harus dicurigai.
Sebelumnya, pemanis buatan berasal dari Saccharin. Zat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1879. Pemanis buatan yang kurang dikenal ini tiba-tiba saja
menjadi bahan pokok warga sipil ketika semua gula yang ada habis karena dikirim ke medan perang untuk konsumsi para tentara pada Perang Dunia I. Namun
saat meletus Perang Teluk tahun 1991, sakarin tidak lagi digunakan melainkan diganti oleh aspartame. Zat inilah yang dikirim ke Teluk untuk para tentara
dalam bentuk bermacam-macam, antara lain dalam kemasan softdrink diet soda. Panasnya terik matahari wilayah Teluk mengkatalisasi proses kimia yang memecah
aspartame menjadi komponen-komponen mautnya. Banyak kalangan curiga jika aspartame adalah biang keladi Gulf War Syndrome, penyakit yang menggerogoti veteran
Perang Teluk dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, gangguan pernafasan, dan rasa lelah yang berlebihan.
Pakar nutrisi Dr. Rita Laibow dalam acara yang sama (lihat tulisan bagian sebelumnya) dan dalam banyak makalahnya menyatakan jika penggunaan aspartame merupakan
salah satu bagian dari strategi pengurangan populasi dunia, seperti halnya penggunaan Fluoride dan MSG.
Steroid Bagi Ayam Goreng
Tahukah Anda jika ayam goreng yang biasa kita jumpai di resto-resto fastfood (baca: junkfood) internasional siklus hidupnya sangat singkat. Dari bentuk
telur hingga dewasa tidak sampai memakan waktu dua bulan! Ini dimungkinkan dengan penyuntikan zat hormon yang disebut steroid yang kontinyu ke dalam tubuh
ayam tersebut.
Hal ini sudah lazim dilakukan peternakan-peternakan ayam potong yang tersebar di negeri ini, terlebih bagi peternakan-peternakan ayam yang menjadi rekanan
kedai-kedai fastfood seperti McD, KFC, dan sebagainya.
Seorang rekan kami yang pernah bertandang ke lokasi peternakan ayam-ayam tersebut menyatakan, “Anda akan tidak mau lagi makan ayam goreng di sana jika mengetahui
kondisi ayam-ayam yang ada di peternakannya. Ayam-ayam itu disuntik secara berkala, terus-menerus, dan dalam waktu yang sangat singkat tumbuh dari anak
ayam yang kecil menjadi ayam dewasa yang sangat tambun, sehingga untuk berdiri dan berjalan saja tidak mampu. Ayam-ayam tambun hasil suntikan tersebut
hanya bisa duduk diam menunggu diambil untuk dipotong dan dikirim ke gerai-gerai restoran fasfood yang kita sudah kenal. Ayam-ayam ‘sakit’ itulah yang
biasa kita makan di gerai-gerai fasfood tersebut.”
Dalam film garapan sutradara AS Morgan Spurlock (Super Size Me), disebutkan jika steroid yang disuntikan ke dalam ayam-ayam tersebut tidaklah hilang saat
digoreng, sehingga steroid tersebut ikut masuk ke tubuh manusia yang memakannya. Hasilnya? Tubuh manusia yang memakannya sedikit demi sedikit menyimpan
hormon pertumbuhan yang membahayakan tersebut dan tumbuh secara tidak wajar. Kita bisa melihat betapa di zaman sekarang, anak-anak yang tumbuh di wilayah
perkotaan tubuhnya dengan cepat tumbuh membesar dan beberapa di antaranya menderita obesitas (kegemukan). Hal ini disebabkan mereka seringkali mengkonsumsi
makanan-makanan yang tidak sehat tersebut.
Tubuh yang cepat besar dan tambun tidak menjamin jika tubuh terebut sehat. Adalah fakta jika remaja perkotaan walau tubuhnya besar amat rentan terhadap
berbagai jenis penyakit. Jadi, tubuh yang besar itu mirip dengan ayam di peternakan yang disuntik hormon steroid.
oleh: basyir miracle
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar dan pendapat anda? Adakah saran untuk admin?