Sepertinya ada asa yang tak pernah mau bicara, selalu ada embun yang setiap paginya memberi sejuk.. Seakan angin yang setiap paginya menembus tiang-tiang cahaya dalam kepengapan dan kesunyian... Air menjadi jawaban, dan seolah menjadi pertanda senyuman bagi setiap pencari sesuap nasi.. Air terkadang menjadi harapan.. Seperti sahabat, terkadang menjadi kepelikan yang menutup ruang pundi harta yang akan mereka peroleh. Ini memang bukan aku yang terkisah disana.. tapi aku yang mengisahkan seorang petani... Yang mereka membangun semangat di pagi hari,,mereka berbaur dengan indahnya alam yang setiap fajar datang menyeruah bersujud kepada Sang Pencipta pertanda berakhirnya kegelapan.. Kepada mereka Sang pejuang di ladang yang tandus,, penuh gangguan yang kadang menghadang.. apa yang mereka cari tidak sebanding dengan apa yang mereka lakukan,, tapi mereka selalu menghadapinya dengan senyuman. Itulah Mereka, itu bukan yang mereka mau.. Ini bukan mereka yang menentukan.. Tapi inilah mereka dan semangatnya..
Mereka tidak sendiri, Burung-burung tak berhenti menyanyi seolah mengulurkan semangatnya.. Matahari selalu menjadi teman dan harapan, semoga akan berkawan dan memancarkan terik agar bibit yang mereka tanam tidak hanya menjadi asa.. Terkadang mereka bekerja saling asah, asih, asuh (sunda language) sesama petani.. karna terkadang ada yang mereka tidak dapat melakukannya sendiri. terutama bagi mereka yang punya keterbatasan fisik tapi mau berjuang demi sesuap nasi untuk anak dan istrinya dirumah. Sayang terkadang apa yang mereka harap tidak berjalan dengan mulus,,, pekerjaan yang bergantung kepada musim dan cuaca ini, terkadang cuaca mungkin tidak bagus.. saat itulah mereka harus merebahkan segala keputus asaan ke hari esok.. Tak ada yang tahu apa esok adalah hari yang berkawan, ataukah menjadi hari tak ada hasil.. Ketika hujan turun, mereka harus siap dengan berbagai macam kemungkinan,, kesuburan,ataukah kerusakan. Tentu angin yang besar serta hujan yang deras dapat pula merusakan si pundi-pundi penghasil beras.
Saat kemarau datang, petani memang harus melapangkan dadanya.. mereka harus mencari pekerjaan sampingan sebagai pengalihan penghasilan sebagai seorang petani..
Bertani, itu harus sabar.. Mereka tau resiko, dampak, apa kendalanya..mereka tau.. tapi mengapa mereka tetap menjalaninya?? itu bukan sebuah pilihan.. tapi kita tau bahwa hidup kita tidak bisa sekehendak kita, semau kita. Tapi hidup kita ada yang mengandalikan. Sepertinya mereka tau ini akan terjadi, kesulitan dan kendala yang ada mereka jadikan senyuman..
Petani,,mereka bukan saja berjuang untuk dirinya, keluarganya.. tapi mereka juga berjuang demi kita.. karna tanpa mereka, kita tidak akan memperoleh dan merasakan beras yang akan mengisi perut..
Thanks Farmers In the world.. from Listi@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar dan pendapat anda? Adakah saran untuk admin?