NIRRANTHEABulan bukan benda alami, tapi diciptakan mahluk cerdas
(1) Bulan
(2) Bangsa pembuat cahaya . Yaitu suatu bangsa yang memiliki keahlian dalam membuat cahaya dan hidup sejajar dengan bangsa LEMURIAN. Mereka hidup berdampingan dengan damai, suka bergaul, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kadang-kadang suka sekali kalau dipuji.
(3) Nama planet tempat tinggal bangsa NIRRANTHEA. Menjadi legenda turun temurun di suku SUNDA (JAWA BARAT) dengan sebutan NINI ANTEH
Dari sejumlah temuan baru setelah pendaratan ke bulan, terutama dari bahan pembentuknya, kemungkinan besar bulan itu diciptakan oleh manusia zaman prasejarah.
Dari sejumlah temuan baru setelah pendaratan ke bulan, terutama dari bahan pembentuknya, kemungkinan besar bulan itu diciptakan oleh manusia zaman prasejarah.Begitu kita melepaskan diri dari teori evolusi terhadap belenggu kearifan kita, maka kita akan dapat melihat sejumlah besar keadaan yang tidak terbayangkan oleh kita, seperti misalnya dugaan bahwa bulan adalah ciptaan manusia. Di bawah berikut ini adalah keadaan sebenarnya yang ingin kami beritahukan kepada Anda, yaitu membuka belenggu kearifan kita.
Planet
Bulan
Sejak
Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, rasa misterius orang-orang terhadap
bulan seakan-akan menurun. Dahulu, orang-orang berkumpul bersama di rumah saat
hari raya pertengahan musim gugur, dan saat makan kue bulan, begitu
menengadahkan kepala melihat rembulan di atas langit, dalam hati pasti merasa penasaran
dan bingung. Penasarannya adalah dari mana sebenarnya bulan ini berasal? Dan
bingung apa yang sebenarnya ada di atas bulan itu? Sastrawan pada masa Dinasti
Song yaitu Su Dong Po dalam Sui Tiao Ge Tou paling bisa hanya menyuarakan rasa
penasaran dan kerinduan bangsa China terhadap rembulan: Kapan adanya terang
bulan? Dengan arak bertanya pada langit cerah. Tidak tahu di istana langit atas
sana, hari ini tahun berapakah saat ini?
Setelah
antariksawan mendarat di bulan, orang-orang tahu bahwa permukaan bulan adalah
sebidang padang pasir tandus, diselimuti debu angkasa tak terhingga banyaknya,
kosong melompong. Tetapi, tahukan Anda? Setelah mendarat di bulan, beberapa
temuan baru yang didapatkan, malah membuat ilmuwan semakin bingung terhadap
asal-usul bulan.
Saat ini
pemahaman ilmuwan terhadap bulan telah melampaui imajinasi sebelum pendaratan
di bulan pada waktu itu, bukti–bukti temuan ini bisa membuat pemikiran baru
orang-orang terbuka, mengenal dan merenungkan kembali asal mula diri sendiri
dan kehidupan, serta alam semesta.
Studi
Awal
Sejak
zaman dahulu, astronom setiap bangsa di dunia telah mengadakan pengamatan yang
panjang terhadap bulan. Penampakan bulan yang mengembang bulat dan menyusut
berbentuk sabit, selain menjadi obyek inspirasi penyair, lebih menjadi pedoman
kerja penanaman sawah petani; penanggalan tradisional Tionghoa merupakan
penanggalan yang berdasarkan peredaran bulan, berperiode 28 hari sebagai
patokan. Pada masa lampau, orang-orang menemukan sebuah fakta yang sangat
menarik, bulan selalu mengarah pada kita dengan satu permukaan yang sama.
Kenapa? Melalui pengamatan yang panjang, orang-orang mendapati bulan bisa
berputar sendiri, dan periode perputarannya sendiri persis sama dengan periode
perputarannya mengelilingi bumi. Maka, biar di mana pun posisi bulan berada,
bulan yang kita lihat dari atas bumi pasti merupakan satu permukaan yang sama,
bayang-bayang di atas bulan selalu sejenis yang serupa.
Orang-orang
bahkan memperhatikan, ukuran bulan kelihatannya sama besar dengan matahari.
Matahari dan bulan dirasakan sama besarnya, namun pada kenyataannya apakah sama
besarnya? Orang dahulu acap kali berhasil mengamati suatu fenomena alam yang
aneh, mereka menyebutnya dengan istilah “dewa anjing menelan matahari”, di saat
itu akan ada benda langit berwarna hitam menutup total matahari, langit siang
hari yang terang benderang tiba-tiba menjadi gelap gulita, dipenuhi dengan
kelap-kelip bintang, yaitu “gerhana matahari total” yang dikenal oleh ilmuwan
sekarang ini. Pada saat gerhana matahari total, benda langit hitam yang kita
lihat adalah bulan, ukuran bulan persis bisa menutupi matahari, artinya jika
dilihat dari bumi, bulan dan matahari sama besarnya.
Belakangan
astronom mendapati, bahwa jarak matahari ke bumi persis 395 kali lipat jarak
bulan ke bumi, sedangkan diameter matahari juga persis 395 kali diameter bulan,
maka dilihat dari bumi, bulan persis sama besarnya dengan matahari. Diameter
bumi adalah 12.756 km, diameter bulan 3.467 km, dan diameter bulan adalah
27%-nya diameter bumi.
Benda
langit yang berputar mengelilingi planet, oleh ilmuwan disebut sebagai satelit.
Sembilan planet besar pada sistem tata surya semuanya memiliki satelitnya
sendiri. Di antara 9 planet besar tersebut ada mbeberapa planet yang sangat
besar, seperti misalnya planet Jupiter, planet Saturnus dan lain sebagainya,
mereka juga memiliki satelit yang mengedarinya, diameter satelit mereka sangat
kecil dibanding planet itu sendiri. Maka, satelit yang besarnya seperti bulan,
sangat unik di dalam sistem tata surya kita. Data-data yang kebetulan ini
menyebabkan beberapa astronom mulai memikirkan sebuah masalah, yaitu apakah
bulan terbentuk secara alami?
Bebatuan
Bulan yang Lebih Tua
Setelah
pesawat antariksa Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, dan mengambil
contoh batuan dari atas permukaan bulan, melakukan berbagai pengujian,
didapatkan data yang bisa dijadikan bahan analisa lebih mendalam terhadap
struktur bulan.
Pertama-tama
dibuat analisa usia terhadap bebatuan yang terkumpul, didapati bahwa usia
bebatuan bulan sangat kuno, ada sejumlah besar usia bebatuan itu melampaui
bebatuan yang paling kuno di atas bumi. Menurut statistik 99% usia bebatuan
bulan melampaui 90% bebatuan kuno di atas bumi, usia yang berhasil dihitung
adalah sebelum 4,3-4,6 miliar tahun. Ketika membuat analisa terhadap tanah
permukaan bulan, didapati masa mereka lebih kuno lagi, ada beberapa yang bahkan
lebih awal 1 miliar tahun dibanding usia bebatuan bulan, melampaui lebih dari 5
miliar tahun. Saat ini waktu yang diprediksi ilmuwan atas terbentuknya sistem
tata surya kurang lebih 5 miliar tahun lebih, mengapa bebatuan dan tanah di
permukaan bulan sejarahnya bisa begitu panjang? Para ahli juga berpendapat
bahwa sulit untuk menjelaskan.
Rongga
pada Bulan
Pembuktian
kabut bulan mungkin bisa menjelaskan struktur bulan. Astronot yang mendarat di
bulan, ketika akan kembali ke bumi, meninggalkan permukaan bulan dengan
mengendarai pesawat pendarat kembali ke kabin antariksa, setelah menyatu dengan
pesawat antariksa, pesawat pendarat itu dibuang kembali ke permukaan bulan.
Alat pengamat gempa yang dipasang pada jarak 72 km mencatat getaran pada
permukaan bulan, getaran ini terus berlangsung lebih dari 15 menit, sama
seperti martil memukul lonceng besar dengan sepenuh tenaga, getaran berlangsung
dalam waktu yang lama baru hilang secara perlahan-lahan. Ambil sebuah contoh
misalnya, ketika kita memukul sebuah besi berongga dengan sekuat tenaga, akan
mengeluarkan getaran ung… ung… yang terus bergema, sedangkan ketika memukul
besi padat, getaran hanya akan bertahan singkat, akan berhenti pada waktu yang
tidak lama. Gejala getaran yang terus berlangsung ini membuat ilmuwan mulai
membayangkan apakah bulan itu berongga?
Ketika
sebuah benda yang padat mendapat benturan, bisa mengeluarkan dua macam
gelombang, satu adalah gelombang bujur (longitudinal), sedangkan satunya lagi
adalah gelombang permukaan. “Gelombang bujur” adalah suatu gelombang tembusan,
bisa menembus suatu benda, dari satu sisi permukaan melalui pusat benda dan
disalurkan ke sisi lainnya. Dan “gelombang permukaan”, sama seperti namanya,
hanya bisa menyampaikan pada permukaan yang sangat dangkal. Namun, instrumen
kabut bulan yang dipasang di atas bulan, melalui catatan waktu yang panjang,
sama sekali tidak berhasil mencatat atau merekam gelombang bujur, semuanya
berupa gelombang permukaan. Dari gejala yang menakjubkan ini, ilmuwan
membuktikan bahwa bulan itu berongga!
Berlapiskan
Unsur Logam
Tidak
tahu, apakah Anda memperhatikan, bila mengamati bulan pasti akan terlihat
potongan bayangan yang hitam-hitam, dan itulah area bayangan hitam yang
disebutkan oleh ilmuwan. Saat antariksawan mengambil bor listrik akan membuat
sebuah lubang di sana, mereka mendapati bahwa itu adalah pekerjaan yang
melelahkan, mengebor dalam waktu yang sangat lama, namun hanya bisa membuat
lubang sedikit saja. Dan ini aneh rasanya, permukaan bulan bukankah semestinya
terbentuk dari tanah dan bebatuan? Meskipun agak keras, namun tidak semestinya
sampai tidak bisa masuk! Ketika dengan cermat dan teliti menganalisa struktur
bentuk permukaan bulan pada area itu, ditemukan bahwa sebagian besar adalah
suatu komposisi unsur logam yang sangat keras, yaitu unsur
logam titanium yang digunakan untuk membuat pesawat antariksa. Pantas saja bisa demikian kerasnya. Maka, komposisi keseluruhan bulan dapat dikatakan bagaikan sebuah bola logam yang berongga.
logam titanium yang digunakan untuk membuat pesawat antariksa. Pantas saja bisa demikian kerasnya. Maka, komposisi keseluruhan bulan dapat dikatakan bagaikan sebuah bola logam yang berongga.
Dalam
lubang kawah bulan terdapat lava dalam jumlah besar, ini tidak aneh, yang aneh
adalah lava-lava ini mengandung sejumlah besar unsure logam yang sangat langka
di bumi, misalnya titanium, kromium, itrium dll. Logam-logam ini semuanya
sangat keras, tahan panas, anti-oksidasi. Ilmuwan menaksirkan, jika hendak
melebur unsur-unsur logam ini, paling tidak suhunya harus di atas 2-3 ribu
derajat, namun bulan adalah sebuah “planet dingin yang mati kesepian” di
langit, paling tidak selama 3 miliar tahun tidak ada aktivitas gunung berapi.
Lalu bagaimana bulan bisa menghasilkan begitu banyak unsur logam yang membutuhkan
suhu yang tinggi? Lagi pula, setelah ilmuwan menganalisa contoh tanah bulan
seberat 380 kg yang dibawa oleh antariksawan, didapati ternyata mengandung besi
dan titanium murni, ini adalah golongan tambang logam murni yang tidak akan ada
secara alamiah. Ini menunjukkan bahwa logam-logam ini bukan terbentuk secara
alamiah, melainkan hasil leburan manusia.
Penemuan
ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sejak lama membuat bingung para ahli.
Jumlah lubang kawah di atas permukaan bulan sangat banyak, namun anehnya,
lubang-lubang ini sangat dangkal. Ilmuwan memperhitungkan, jika sebuah planet
kecil yang berdiameter 16 km dengan kecepatan 50.000 km/jam terbentur dan
hancur di atas bumi, maka akan mengakibatkan sebuah lubang besar dengan
kedalaman berdiameter 4-5 kali lipatnya, artinya kedalamannya bisa mencapai
64-80 km. Dan sebuah lubang Kawah Gagrin yang merupakan kawah terdalam pada
permukaan bulan, diameternya 300 km, namun kedalamannya hanya 6,4 km. Bila
hitungan ilmuwan tidak ada kesalahan, bebatuan yang mengakibatkan lubang ini
jika bertabrakan di atas bumi, akan mengakibatkan lubang besar yang paling
tidak kedalamannya 1.200 km!
Mengapa di atas bulan hanya bisa menimbulkan lubang bebatuan yang demikian dangkal? Satu-satunya penjelasan yang mungkin dapat diberikan adalah lapisan kulit luar bulan sangat keras. Jika demikian, komposisi logam keras di permukaan bulan yang ditemukan sebelumnya cukup untuk menjelaskan gejala semacam ini.
Mengapa di atas bulan hanya bisa menimbulkan lubang bebatuan yang demikian dangkal? Satu-satunya penjelasan yang mungkin dapat diberikan adalah lapisan kulit luar bulan sangat keras. Jika demikian, komposisi logam keras di permukaan bulan yang ditemukan sebelumnya cukup untuk menjelaskan gejala semacam ini.
Bulan
Diciptakan oleh Manusia
Dua
ilmuwan eks Uni Soviet dengan berani mengemukakan hipotesanya, menganggap bahwa
bulan adalah sebuah kapal ruang angkasa yang telah mengalami perombakan. Dengan
demikian, baru bisa secara sempurna menjelaskan dan menjawab berbagai macam
gejala aneh yang ditinggalkan bulan untuk kita.
Hipotesa ini
sangat berani, dan juga cukup banyak menimbulkan perdebatan, saat ini sebagian
besar ilmuwan masih belum berani mengakui teori ini. Namun, kenyataan yang
tidak diperdebatkan adalah, bahwa bulan memang benar-benar bukan terbentuk
secara alami. Bulan bagaikan mesin yang sangat akurat, setiap hari menghadap
bumi dengan segi yang sama, juga persis sama besarnya dengan matahari kalau
dilihat sepintas. Permukaan luar adalah sebuah lapisan paduan kulit logam yang
tinggi tingkat kekerasannya, bisa menahan serangan bebatuan yang kepadatannya
tinggi dalam jangka waktu yang panjang, dan tetap sempurna seperti bentuk
semula. Jika merupakan sebuah benda langit alamiah, tidak seharusnya memiliki
begitu banyak ciri khas yang dibuat manusia.
Diperkuat
dengan bukti bulan seperti planet logam titanium berongga yang diciptakan
manusia, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa bulan seyogianya dipasang
dan diletakkan di atas oleh “manusia”, segala ciri khasnya sekaligus
menunjukkan, bahwa bulan diciptkan manusia bumi pada waktu itu. Jika demikian,
sebelum adanya bulan, langit malam hari di atas bumi seharusnya sangat gelap
gulita. Jika waktu itu di atas bumi ada manusia, lalu pada malam hari dan di
atas permukaan bumi yang luas, mereka sangat sulit melakukan aktivitas apa pun,
maka pantas saja dirancang sebuah cermin yaitu bulan, untuk ditempatkan di atas
langit. Maka wajah atau pemandangan bulan yang paling asli adalah sebuah bola
metal, yang tingkat keterangan cahaya pada zaman dahulu pasti lebih terang
dibanding sekarang, seiring dengan perjalanan waktu yang panjang, di bawah
kondisi tidak adanya lapisan atmosfer, dan ditutupi sejumlah besar bebatuan
kosmos serta debu sehingga menjadi seperti sekarang ini. Dan bila saat ini kita
menganalisa permukaan bebatuan dan tanah bulan, tentu saja mendapati usianya
lebih lama dari pada bumi, membuat adanya perasaan sedikit fantastis.
Saat ini
terhadap masalah yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berani diakui ilmuwan,
bila kita melepaskan bingkai-bingkai pemikiran yang sempit, menganalisa secara
rasional akan menemukan banyak sekali fenomena yang sulit untuk dijelaskan
namun sebenarnya sangat mudah dipahami. Berdasarkan sejumlah besar bukti yang
ditemukan ilmuwan sejak awal sudah bisa dipastikan bahwa bulan adalah ciptaan
manusia, merupakan ciptaan manusia prasejarah, lalu mengapa tidak bias
mengambil kesimpulan terakhir? Sebab eksistensi manusia prasejarah, dapat
dikatakan adalah merupakan pantangan ilmuwan, sebagian besar ilmuwan biar pun
meneliti begitu banyak bukti dan teori yang tepat, namun saat menemui pandangan
yang bertentangan dengan teori evolusi, maka siapa pun tidak berani
mengemukakannya.
Padahal
eksistensi manusia prasejarah yang memiliki peradaban yang sangat tinggi sudah
ditunjukkan dalam penemuan-penemuan arkeologis belakangan ini. Sebagai contoh,
penemuan tambang reaktor nuklir yang diperkirakan berusia 2 miliar tahun yang
lalu di Republik Gabon, Afrika, yang lebih canggih dari pertambangan reaktor
nuklir zaman sekarang. Semangat yang menuntut “kebenaran” seyogianya merupakan
prinsip tertinggi dalam penelitian ilmuwan, apabila kita telah melompat keluar
dari bingkai-bingkai pemikiran pendahulu, maka tidak sulit untuk membayangkan
bahwa di antara sejumlah besar penelitian ilmiah, akan terdapat sebuah lompatan
yang sangat cepat.
(Sumber
:buku Prehistoric Civilitation: Inspiration for Mankind)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa komentar dan pendapat anda? Adakah saran untuk admin?