"Selamat sejahtera semoga keselamatan dan keberkahan dilimpahkan kepada anda"

Jumat, 12 Agustus 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang

            Tumbuh dan berkembanhgnya Seni Budaya pasti dimiliki oleh seluruh Bangsa di Dunia, baik itu Seni Budaya Tradisional, Seni Musik ataupun Seni lainnya. Setiap Negara memiliki ciri khas kesenian yang berbeda-beda, misalnya kesenian yang terdapat di wilayah Indonesia. Di setiap daerah memiliki berbagai macam Kesenian, salah satunya di Kabupaten Kuningan, seperti Kesenian Tradisional Cingcowong dari Luragung, Kesenian Tradisional Sintren dari Cibingbin, dan Kesenian Tradisional Gemyung/Terbangan dari Cibingbin. Kesenian tersebut menjadi ciri khas tersendiri bagi daerah Kabupaten Kuningan.
            Kesenian Tradisional Cingcowong dari Luragung mempunyai ciri khas tersendiri yaitu memanggil arwah untuk menurunkan hujan yang dimasukkan ke alat perantara seperti boneka orang-orangan sawah. Lain halnya dengan Kesenian Sintren dari Cibingbin, pemain atau penari harus masih suci (perawan), yang memakai kurungan ayam. Sedangkan pada Kesenian Tradisional Gemyung/Terbangan, tokoh-tokoh yang memainkan seni Gemyung tidak  harus turun-temurun, jadi siapa saja bisa memainkannya. Tapi kebanyakan pemainnya para laki-laki manula (manusia lanjut usia).
            Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara Indonesia, khususnya warga Kabupaten Kuningan harus mengetahui kesenian-kesenian yang ada karena kesenian itu merupakan ciri khas dari daerah Kuningan. Sebagai generasi penerus Bangsa, hendaknya kita menjaga, melestarikan, dan munjunjung tinggi kesenian tersebut agar selalu dikenang sepanjang masa dan tidak hilang begitu saja.

B.   Landasan

1.      Kurikulum KTSP SMA Negeri 3 Kuningan tahun ajaran 2010-2011
2.      Program pembelajaran Semester Genap 2010-2011
3.      Tugas dari guru Mata Pelajaran Seni Budaya SMA Negeri 3 Kuningan
4.      Surat tugas dari Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kuningan. 

C.   Tujuan

1.      Turut serta mendukung program pemerintah dalam rangka melestarikan Seni Budaya Tradisional khususnya di Kabupaten Kuningan
2.      Meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap Seni Budaya Tradisional sebagai warisan leluhur bangsa
3.      Meningkatkan dan mengembangkan wawasan bagi para siswa tentang Seni Budaya Tradisional
4.      Melaksanakan proses pembelajaran khususnyan Seni Budaya di luar kelas
5.      Mengenal kehidupan Seni Budaya dalam masyarakat secara langsung
6.      Memenuhi salah satu sistem penilaian dalam proses pembelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 3 Kuningan

D.   Teknik Obsevasi

1.      Pengumpulan data melalui menonton pertunjukkan
2.      Melalui wawancara dengan narasumber
3.      Pengolahan data melalui kerja kelompok
4.      Penyusunan laporan secara kelompok
5.      Penyampaian laporan

BAB II
Hasil observasi seni tradisional kab.Kuningan

2.1   “SINTREN”
IMG00549.jpg
2.1.1    PENGERTIAN
Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Pekalongan. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Barat, antara lain di Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Jatibarang. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.



2.1.2  SEJARAH
Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.
Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).
Karena itulah dalam pementasan sintren penarinya selalu dimasuki roh yang dipanggil oleh orang yang berperan sebagai pawang, dengan cara membaca mantera dan membakar kemenyan. Adapun mantera yang dinyanyikan itu liriknya antara lain sebagai berikut :
Turun-turun sintren
Sintrene bidadari
Nemu Kembang Yun ayunan
Nemu Kembang Yun ayunan
kembange si Jaya Indra
Bidadari temurunan
Setelah roh yang dipanggil masuk, penari menjadi kaserupan dan menari dengan gerakan asal-asalan. Ia akan terus menari dan baru akan terjatuh ketika ada penonton yang melemparkan uang atau pakaian ke tubuhnya. Menariknya lagi, dalam pementasa sintren juga ada unsur-unsur sulapnya, sehingga anak-anak kecil pun banyak yang menyukai, apalagi ditambah bodor atau pelawak yang turut menyegarkan pementasan sintren ini.
2.1.3  SEJARAH SINTREN DI KAB. KUNINGAN
SINTREN, adalah sebutan kepada peran utama dalam satu jenis kesenian. Tapi akhirnya sebutan itu menjadi satu nama jenis kesenian yang disebut sintren. Sintren sendiri berasal kata sesantrian artinya meniru santri bermain lais, debus, rudat atau ubrug dengan menggunakan magic (ilmu ghaib).
Seni sintren ternyata tidak hanya hidup di daerah Kabupaten Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Tapi juga hidup di Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan.
Menurut, Udin Sahrudin, tokoh sintren di Desa Dukuhbadag, munculnya seni sintren di Kuningan belum bisa dipastikan. Sebab sampai sekarang belum ada penelitian ilmiah, tapi yang jelas sejak tahun 1930 sudah banyak warga Desa Dukuhbadag yang mengadakan pertunjukan seni sintren terutama pada acara pesta khitanan dan pernikahan.
“Dulu yang pertama kali menjadi pimpinan seni sintren di Desa Dukuhbadag yakni Ibu Warjiah, tapi saya tidak tahu pasti dari mana awal perkembangan seni sintren itu,” kata Udin Sahrudin.
Berdasarkan cerita orang tua dulu, lanjut dia, seni sintren di Dukuhbadag dibawa oleh orang dari daerah lain yang sengaja untuk mencari nafkah yakni sebagai Kukurung. Kukurung merupakan bahasa dialek masyarakat Desa Dukuhbadag yang ditujukan kepada orang yang sedang mecari nafkah dengan cara menjual jasa memanen padi.
Dia menjelaskan, mereka (kukurung) diperkirakan datang dari daerah perbatasan Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan dengan Kecamatan Banjarharja Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Diantaranya saja Desa Cibendung, Cikakak, Karangjunti, Pande, Dukuhjeruk dan Desa Randegan. Ada pula yang datang dari daerah perbatasan Kabupaten Cirebon, diantaranya Desa Tonjong, Cilengkrang, Ciledug, Pabuaran, Cikulak dan Desa Leuweunggajah.
Kukurung-kukurung itu datang bukan saja ke Desa Dukuhbadag, tapi ke desa lain di Kecamatan Cibingbin antara lain Desa Bantarpanjang, Cisaat, Citenjo, Cibingbin, Cibeureum dan Desa Tarikolot, bahkan sampai Desa Sukasari dan Tanjungkerta Kecamatan Karangkancana. (Desa Cibeureum dan Desa Tarikolot, kini Kecamatan Cibeureum)
“Untuk melepas lelah, kukurung-kukurug itu mengadakan pertunjukan seni sintren, di halaman rumah warga tanpa mendapat upah dari pemilik rumah, kecuali jamuan alakadarnya,”imbuhnya.
Dikatakan, pertunjukan sintren tidak selamanya memerlukan panggung, mereka bermain di halaman rumah beralaskan tikar, para penabuh gamelan dan juru kawih sambil duduk, sedangkan sintren menari sambil berdiri lemah gemulai mengikuti irama gamelan.
“Konon kabarnya, anak yang sudah dijadikan sintren harus mengalami 21 kali pentas, lebih sempurna 40 kali pertunjukan. Hal ini dipercaya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bagi pribadi sintrennya. Setelah 40 hari biasanya rombongan seni tersebut mengadakan hajatan selamatan agar dijauhkan dari mara bahaya,” paparnya.

2.1.4  TOKOH-TOKOH
Jumlah pemain: 14 orang
Penari             : 1 orang
Pemimpin       : Syahrudin (32 tahun)
Anggota          :
2)      Ibu Darpi (almh) di Desa Cibingbin pada tahun 1935
3)      Nini Bedol di Desa Citenjo pada tahun 1947
4)      Ibu Waluh di Desa Dukuh Badag pada tahun 1973
5)      Bapak Jatmadi di Desa Cisaat pda tahun 1942
6)      Ibu Unti di Desa Dukuh Badag pada tahun 1944, ia merintis bersama bapak Arta di kampung Curug
7)      Bapak Subagyo di Desa Dukuh badag pada tahun 1979

2.1.5  ALAT MUSIK
1)      Kendang
2)      buyung 2. Kecil dan besar
3)      Goong lodong
4)      Suling bambu
5)      Rebana
6)      Kecrek

2.1.6  PERALATAN LAIN

1)      Kurung ayam
2)      Payung
3)      Pedang
4)      Ruas bambu yang tidak sama 4 buah
5)      Tali tambang
6)      Tikar
7)      Kain penutup kurung
8)       Kaca mata
9)       Selendang
10)   Mahkota kulit kidang
11)    Baju
12)   Speaker






2.1.7  LAGU - LAGUNYA
Lagu – lagunya berbahasa Jawa..
Diantaranya:
ü  Sebelum dimulai, para juru kawih memulai melantunkan lagu-lagu yang
dimaksudkan untuk mengundang penonton.
Tambak tambak pawon
Isie dandang kukusan
Ari kebul-kebul wong nontone pada kumpul.

ü  Begitu penonton sudah banyak, juru kawih mulai melantunkan syair “Kembang trate”:
Dituku disebrang kana
Kartini dirante
Kang rante aran mang rana

ü  Asap kemenyan terus mengepul, begitu juga juru kawih terus berulang-ulang nembang:

Gulung gulung kasa
Ana sintren masih turu
Wong nontone buru-buru
Ana sintren masih baru

Lagu – lagu lainnya:
·         Kembang balimbing
·         Kindung
·         Turun sintren
·         Prit gulawung
·         Turun tikukur
·         Kadipaten
·         Bari lais
·         Bayem etur
·         Widadari nger-nger
·         Kembang jengkol
2.1.8  BENTUK PERTUNJUKANNYA
Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending 6 orang. Dalam perkembangannya tari sintren sebagai hiburan budaya, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan bodor (lawak).
Dalam permainan kesenian rakyat pun Dewi Lanjar berpengaruh antara lain dalam permainan Sintren, si pawang (dalang) sering mengundang Roh Dewi Lanjar untuk masuk ke dalam permainan Sintren. Bila, roh Dewi Lanjar berhasil diundang, maka penari Sintren akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan mempesona. menurut beberapa catatan, kesenian sintren yang berbau mistis ini konon dulunya cuma berupa permainan di kalangan anak-anak dan istri nelayan, dan belum terbentuk sebuah kesenian, permainan ini dimainkan sembari menanti sang suami pulang dari melaut.
Adapula pendapat lain yang mengatakan, permainan tersebut sebelumnya tidak meiliki nama, namun karena banyak yang menggemari, permainan ini pun sering dipentaskan keliling kampung. Pada saat itulah dalam permainan tersebut mulai disisipkan beberapa alat musik dari yang tradisional sampai modern seperti gitar, maka saat itulah permainan ini dinamakan " Sintren "
Sintren tergolong kesenian yang unik dan berbau mistik. Selain pemainnya harus gadis /perawan yang masih suci belum belum tersentuh lawan jenis, dalam kesenian ini juga ada ritual yang yang ditandai dengan bakar kemenyan, dan pembacaan mantera-mantera.
Karena keunikan itulan sintren dulu pernah menjadi kesenian yang populer di kalangan masyarakat pantura.
Namun seiring kemajuan jaman, kesenian sintren ini nyaris tinggal kenangan. Sebagaimana Tarling dan kesenian tradisional lainnya, karena sudah terdesak oleh kesenian modern lainnya.


2.2   CINGCOWONG

Tiegasta1694.jpg2.2.1  PENGERTIAN
Pada saat kemarau panjang para petani kekurangan air dan mengadakan upacara ritual memohon untuk di turunkan hujan degan bentuk media yang di sebut cingcowong.  Cingcowong kesenian asli  Kuningan yang berasal dari Luragung landeuh blok wage.  Cingcowong yaitu orang-orangan . Kalimat cingcowong dari pelangi (katumbiri). Diciptakan oleh Aki Nata pada tahun 60-an dan di turunkan kepada anaknya yaitu ibu Nawita. Cingcowong  harus di pakai secara turun temurun  tidak bisa di mainkan oleh oranglain. Yang masuk dalam cingcowong yaitu arwah anak perawan.
2.2.2 PERKEMBANGAN CINGCOWONG
Untuk melestarikan seni cingcowong Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan mencoba membuat satu tarian Cingcowong dan tarian ini merupakan salah satu usaha agar tidak menjadi punah pada pertunjukanya yaitu Cingcowong tidak lagi sebagai seni ritual tetapi sudah dikembangkan dan diangkat menjadi seni pertunjukan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman sampai sekarang seni tari Cingcowong berkembang dan sering ditampilkan pada acara-acara serimonial baik kebutuhan menyambut tamu Pemerintah dan acara hiburan lainya.

2.2.3  TOKOH-TOKOH CINGCOWONG
CINGCOWONG INI DIMAINKAN OLEH
1. Satu orang (Pemandu upacara )
2. 2 orang pemegang sampur ketika digerakan (gerakan mirip jaelangkung )
3. 2 orang pemain/penabuh buyung yang dipukul pleh kipas/hihid dan satu orangnya lagi memainkan alat musik ceneng yang terbuat dari bahan kuningan property pendukung lainya yaitu :
Berupa sesajen seperti menyan,kaca,sisir,ember.
Di pimpin oleh bapak Tatang M.S
Tiegasta1693.jpgPemainnya, yaitu :
1.      Ibu Nawita berumur 71 tahun
2.      Ibu Wasri berumur  60 tahun
3.      Ibu Hj. Siti berumur 60 tahun
4.      Ibu Inah berumur 45 tahun
5.      Ibu Nining  berumur 33 tahun
2.2.4  ALAT MUSIK CINGCOWONG
·           Kokor
·           Buyuh taneuh
·           Gendang
·           Kempul
·           Buyung

2.2.5  ALAT-ALAT PENDUKUNG DI LUAR ALAT MUSIK
·         Tikar
·         Kipas/Hihid
·         Sisir
·         Tangga

2.2.6  BAHAN-BAHAN  YANG DI GUNAKAN CINGCOWONG


Nay042


·         Bunga samboja , untuk d simpan d leher boneka cingcowong
·         Batok kelapa, untuk kepala boneka cingcowong
·         Kain kuning, cingcowong harus selalu memakai kain kuning karena kalau tidak memakai kain kuning arwahnya tidak masuk
·         Ikat pinggang warna putih
·         Raganya dari bamboo
·         Bubu

2.2.7  SYAIR LAGU CINGCOWONG

Cingcowong… Cingcowong…
Biluna bilembayu
Syila syila lembut
Langgute anggedani
Aya panganten anyar
Lie… lie… lie… pring
Denok sintering ngalilirong
Mas berojogedog
Pajuloh juloh
Temu miring manaliko
Lie… lie… lir guling
Gulingna sukmakaton
Gelang… gelang langlayoni
Langlayoni putra mauku
Mangundang dewa aning dewa
Aning sukma bidadari lagi teka
Rujak rujak banting
Kamu jungjang kamuloko













2.3.    GEMYUNG/TERBANGAN
2.3.1  Pengertian Kesenian Gemyung/Terbangan
            https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf0J215Ujj2jdyaFByuoUp0mZ_vmjAtMcPF9OlyD9JYRUPgV_eN-HdqPUyIcO8ouriRflv3hFyXWxIJ7BpQdQ7GEMW6EhONd8fozCG-Zvu1dI87tMPkkUKaF2DgCTI1AJIQ2Br_iu-Ugeu/s320/index.jpg
Gemyung atau dikenal sebagai “Terbangan”  adalah salah satu Kesenian Tradisional yang hidup dan berkembang di Kabupaten Kuningan. Gemyung juga merupakan salah satu peninggalan budaya Islam di Cirebon, dimana Gemyung ini pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Kesenian ini bernafaskan Islam karena pada setiap penampilannya, para pemain melantunkan salawat-salawat Nabi. Iramanya mirip kelompok paduan suara, dengan intonasi yang teratur. Terkadang intonasinya tinggi lalu merendah. Begitulah seterusnya silih berganti, dan tiba-tiba berhenti mendadak. Para pemain sudah tertatih menghayati dan mendalami seni ini.
2.3.2  Riwayat Asal dan Wilayah Perkembangan Kesenian Gemyung/Terbangan
            Menurut riwayatnya, seni Gemyung ini mulanya dipakai sebagai alat para wali dalam menyebarluaskan agama Islam khususnya di daerah Jawa Barat, dan umumnya di Pulau Jawa, yang mula-mulanya gemyung berasal dari Cirebon. Maka tidaklah heran jika seni Gemyung ini dikenal sebagai “kesenian para wali“. Dikenal sebagai “kesenian para wali” karena yang mengawali dan memperkenalkan seni Gemyung adalah para wali sendiri.
Pada zaman dulu seni Gemyung memang digunakan para wali sebagai alat untuk menyebarluaskan agama Islam. Awalnya seni Gemyung berkembang di Cirebon, kemudian meluas ke Kabupaten Kuningan sekitar abad ke-15. Pada tahun 1996, seni Gemyung dirintis oleh pemuda Kuningan melalui “Festival Seni Gemyung” yang digelar di gedung pendopo, dalam rangka Hari Jadi Kuningan, diikuti oleh sekitar 30 grup. Seni Gemyung ini terdapat hampir di semua kecamatan yang ada di Kuningan antara lain, pertamanya di Cibingbin Desa Duku Badag pada tahun 1936, di Garawangi, Kadugede, Jalaksana, Cilimus, Luragung, Desa Purwasari, Timbang dan sejumlah pedesaan di Kecamatan. Kesenian ini terdapat pula Indramayu, Majalengka, dan daerah lain, khususnya di Jawa Barat.
Kesenian Gemyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah.
Setelah berkembang menjadi Gemyung, tidak hanya dipertunjukkan di lingkungan pesantren atau tempat-tempat ibadah agama Islam, tetapi dipertunjukkan juga di lingkungan masyarakat luas. Bahkan frekuensi pertunjukannya cenderung lebih banyak di lingkungan masyarakat. Demikian juga tidak hanya dipertunjukkan dalam acara-acara keagamaan (Islam), tetapi dalam acara Kelahiran Bayi (Puput Puseur Bayi) dengan didukung penampilan kostum “gaya Arab” setiap pemainnya mengenakan sorban sambil melantunkan salawat-salawat nabi, di acara Khitanan, Peringatan Hari-hari Besar Nasional, Peringatan Perkawinan dan Upacara Siklus Alam seperti Ngaruat Bumi, Minta Hujan, Mapag Dewi Sri, dsb.
Pada perkembangan lebih lanjut, seni Gemyung tidak hanya sebagai seni Auditif, tapi sudah menjadi seni pertunjukan yang melibatkan unsur seni lain seperti seni tari jaipong dan seni tari tarling.
Kehidupan seni Gemyung sempat mengalami “Senin-Kemis” dan nyaris punah, jika saja tidak ada pengkaderan atau generasi penerus yeng mau menerima tongkat estafet, untuk menjaga dan memelihara seni Gemyung peninggalan nenek moyang kita.
Dalam upaya ke arah itu, sudah sewajibnya pihak Depdiknas maupun Dinas Pariwisata (Diparda) kabupaten Kuningan menaruh perhatian dan berusaha mengadakan peremajaan pemain, karena selama ini yang tampil umumnya para manula (manusia lanjut usia).
Kalangan pemuda dan pelajar yang berminat di daerah pedesaan perlu diberi kesempatan mempelajari sekaligus menekuni seni Gemyung di bawah bimbingan para seniornya. Sebagai tindak lanjutnya perlu diadakan pembinaan secara terus-menerusdan terarah, dengan sasaran sampai kapan pun Kuningan memiliki generasi penerus di bidang seni Gemyung.
2.3.3  Bentuk Pertunjukan Kesenian Gemyung/Terbangan
            Pementasan seni Gemyung dibagi 2 tahap, yaitu :
1)     


gembyunginfotempat.jpg

Diawali pembukaan tanpa diiringi musik, dengan membacakan basmallah dan  surat Al-Fatihan/Do’a,
2)      Diiringi tabuhan oleh alat musik sambil melantunkan salawat-salawat Nabi.
Pementasan seni Gemyung terkadang bisa semalam suntuk, dengan menampilkan 20 jenis pupuh. Sementara pada acara Khitanan Anak fungsinya sebagai media hiburan seraya menunggu terbitnya matahari menjelang pelaksanaan acara Khitanan oleh dukun sunat.
2.3.4  Tokoh-tokoh dalam Kesenian Gemyung/Terbangan
            Pemain seni Gemyung berusia 50-85 tahun, para pemainnya laki-laki lanjut usia tidak perlu turunan, jadi siapa saja boleh memainkan seni Gemyung ini. Tokoh-tokohnya yaitu :
ü  Bapak Johani (85 tahun)
ü  Bapak Torip (85 tahun)
ü  Bapak Wandi (56 tahun)
ü  Bapak Jurhatin (50 tahun)
ü  Bapak Johana (57 tahun)
ü   

2.3.5  Alat musik yang digunakan dalam Gemyung/Terbangan
*      Genjring kempring (ukuran paling kecil),
*      Genjring kempul (ukuran agak besar)
*      Genjring goong (ukuran paling besar)
*      Gendang
*      Kecrek (bila perlu)
Dalam perkembangan saat ini, seni Gemyung ditambah peralatan Gendang dan Goong untuk kombinasi irama musik dengan salawat nabi

2.3.6  Jenis Lagu dalam Gemyung/Terbangan
Salawat-salawat Nabi, diantaranya :
v  Assalamualaikum
v  Mussahri
v  As-solatu Alannabi
v  Basmallah
v  Salawat Badar
v  Salawat Nariyyah
v  Dan ayat-ayat lainnya


BAB III

3.     KESIMPULAN
            Setelah penulis melakukan observasi dan mencari, mempelajari, serta menganalisis sumber-sumber informasi dari materi seni budayaSeni tradisional terutama yang berada di lingkungan Kab. Kuningan.
            Maka penulis menyimpulkan bahwa:
1.      Berbagai macam seni budaya yang berada di kab kuningan ternyata memiliki ciri khasnya tersendiri yang merupakan warisan dari leluhurnya masing- masing.
2.      Merupakan sebuah kebanggan bagi warga kab. Kuningan karena dengan banyaknya seni budaya yang di miliki maka akan menjadikan di Kab Kuningan kota yang kaya akan kebudayaan.
3.      Seni budaya tradisional merupakan satu kesempurnaan bangsa yang dapat mencerdaskan bangsa, khususnya warga Kab. Kuningan.
4.      Seni budaya tradisional dapat di jadikan symbol bagi suatu daerah.
5.      Seni budaya yang berada yang berada di wilayah Kab.Kuningan ternyata banyak sekali macamnya.

          SARAN:
Penulis berharap dan menyarankan kepada:
1.      Pihak pemerintah daerah atau PEMDA Kab. Kuningan untuk selalu tanggap dalam pemeliharaan dan perkembangkan seni budaya yang terdapat di kab.Kuningan
2.      Perilaku perilaku seni budaya yang masaih berada di wilayah kab.Kuningan untuk lebih sering mensosialisasikan hasil kebudayaannya, agar warga Kuningan lebih sering mengenal kesenian tersebut.
3.      Lembaga sekolah agar memberikan pengajaran tentang pengembangan kesenian budaya tradisional
4.      Lembaga dinas pariwisata dan kebudayaan atau DISPARBUD agar lebih menambah situs seni budayadalam fasilitas internet.
5.      Pihak generasi muda atau penerus untuk lebih memeperhatikan kesenian budaya tradisiaonal terutama yang berada di lingkungan sekitar agar tidak lapuk di makan zaman.
          Pesan Dan Kesan
Pesan :
Kepada guru mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 3 Kuningan jangan berhenti untuk terus melanjutkan pembelajaran seperti ini.
Semoga dengan adanya tugas apresiasi dan observasi ini maka sekolah-sekolah lain pun mengikuti jejak SMA Negeri 3Kuningan sehingga para pelajar/masyarakat Kuningan dapat mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Kuningan.
Kesan :
Kesan penulis terhadap tugas yang di berikan oleh guru mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 3 Kuningan sangat bagus karena tugas apresiasi dan observasi ini baru pertama kali di lakukan oleh penulis.




Daftar pustaka

ü  Tatang, 2011. Kesenian Tradisional Cingcowong. Kuningan.
ü  Syahrudin, 2011. Kesenian Tradisional Sintren. Kuningan.
ü  Wandi, 2011  Kesenian Tradisional Gembyung. Kuningan
ü  mazjoe.blogdetik.com (CINGCOWONG)
ü  gaurabadi.blogspot.com (GEMYUNG)
ü  BAB VI Tradisi dan Budaya Kuningan, 2009. Kuningan Menembus Waktu. Kuningan.



Article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa komentar dan pendapat anda? Adakah saran untuk admin?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Comment Facebook

Get This Gadget

Popular Posts

Ready 3 Data AON

Followers

hainfobadge1a